Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketika Trump Kurangi Pengaruh AS, Xi Jinping Jadikan China Sebagai 'Pemimpin' Dunia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 16 September 2020, 13:14 WIB
Ketika Trump Kurangi Pengaruh AS, Xi Jinping Jadikan China Sebagai 'Pemimpin' Dunia
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping/net
rmol news logo 'America for American' dan 'American First'menjadi slogan yang dijunjung tinggi oleh pemerintahan Presiden Donald Trump, namun membuat kepemimpinan tradisional Amerika Serikat (AS) di kancah dunia internasional semakin pudar.

Berbagai kebijakan luar negeri yang diambil oleh Trump semakin mereduksi pengaruh AS, terutama dalam organisasi-organisasi internasional.

Sejak Trump berkuasa, AS telah meninggalkan banyak kerja sama internasional, seperti kesepakatan global tentang iklim, kesepakatan nuklir Iran, hingga keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun di tengah ketidakpedulian Trump terhadap kepemimpinan AS di dunia internasional, ada sosok kuat seperti Xi Jinping yang memanfaatkan keadaan. Xi mulai bergerak memperluas permainan pengaruh China, bahkan di PBB sekali pun.

"Jelas, dalam pikiran saya, pertempuran untuk jiwa PBB sedang berlangsung," ujar seorang diplomat senior Eropa yang enggan disebutkan namanya, seperti dikutip Reuters, Rabu (16/9).

Diplomat tersebut mengatakan, kebijakan Trump telah merusak tatanan dunia internasional.

Salah satu bukti yang menunjukkan China tengah memperluas pengaruhnya adalah rencana kunjungan langka Xi ke Markas Besar PBB di New York pada pekan depan dalam pertemuan tahunan pemimpin dunia. Walaupun saat ini kunjungan tersebut dibatalkan karena pandemi Covid-19 dan beralih menjadi pidato virtual.

Selain itu, saat ini China telah mengajukan lebih banyak kandidat untuk posisi senior PBB.

Dalam sebuah deklarasi untuk memperingati 75 tahun PBB yang disetujui oleh Sidang Umum pada Juli dan akan diadopsi oleh para pemimpin dunia pekan depan, AS, Inggris, Jepang, India, Kanada dan Australia keberatan dengan kalimat “visi kami untuk masa depan bersama” karena di anggap sebagai retorika Xi.

Di tengah persaingan dua kekuatan dunia tersebut, AS dan China berselisih dalam banyak hal. Mulai dari perdagangan, pelanggaran HAM di Xinjiang, demonstrasi Hong Kong, sengketa Laut China Selatan, hingga pandemi Covid-19.

Meski begitu, langkah Trump untuk 'menanggalkan' kepemimpinan AS membuat situasi menjadi lebih rumit dan PBB terancam pecah belah. Mengingat keduanya adalah penyumbang keuangan terbesar bagi badan tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan, ada risiko perpecahan yang berujung pada konfrontasi militer yang sangat tidak diinginkan saat ini antara dua kekuatan global tersebut.

"Kita bergerak ke arah yang sangat berbahaya," ujarnya.

Di tengah pergulatan kedua negara, PBB pun menjadi sulit menjalankan fungsinya tanpa mengesampingkan politik. Misalnya, butuh waktu berbulan-bulan bagi Dewan Keamanan PBB hingga akhirnya dapat mengadopsi resolusi terkait Covid-19. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA