Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa Zineb diduga telah membantu suaminya dalam transfer uang ilegal, dan mengendalikan asetnya di luar negeri.
“Yahya Jammeh mencuri sekitar 50 juta dolar AS (38,4 juta euro) sebelum dia digulingkan pada tahun 2017,†menurut kementerian kehakiman Gambia, seperti dikutip dari
BBC, Rabu (16/9).
Sebelumnya pasangan itu membantah telah melakukan kesalahan selama menjadi orang nomer satu di Gambia.
Kekuasaan selama 22 tahun Jammeh di Gambia, sebuah negara tujuan wisata populer karena pantainya itu telah dirusak oleh tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembunuhan di luar hukum, penyiksaan dan penahanan sewenang-wenang.
Dia menolak untuk menerima kekalahan dalam pemilihan pada Desember 2016, sampai akhirnya negara-negara tetangga Gambia mengirim pasukan untuk memaksanya keluar.
Dalam sebuah pernyataan, bendahara AS mengatakan dengan yakin bhawa Jammeh menggunakan sejumlah skema korup untuk merampok kas negara Gambia atau menyedot dana negara untuk keuntungan pribadinya.
“Zineb juga diyakini bertanggung jawab atas sebagian besar aset Jammeh di seluruh dunia, dan menggunakan yayasan amal sebagai perlindungan untuk memfasilitasi transfer dana tidak sah kepada suaminya,†kata pernyataan tersebut.
Dengan tuduhan tersebut, asetnya di Amerika akan diblokir dan orang-orang di AS dilarang melakukan kesepakatan properti dengannya.
“Departemen Kehakiman AS telah meminta pada Juli untuk melakukan penyitaan sebuah rumah senilai 3,5 juta dolar yang dibeli Nyonya Jammeh di negara bagian Maryland AS,†kata bendahara.
Jammeh menceraikan istri pertamanya Tuti Faal dan kemudian menikahi dua wanita lain, meskipun situs resminya hanya merujuk kepada Zineb Yahya Jammeh, yang menyandang gelar Ibu Negara.
Ia dikenal sebagai penguasa eksentrik, yang pada tahun 2007 mengklaim bahwa ia dapat menyembuhkan AIDS dan kemandulan dengan ramuan herbal. Pandangannya itu kemudian dibantah oleh para ahli kesehatan saat itu.
Yahya Abdul-Aziz Jemus Junkung Jammeh menjadi Kepala Negara Gambia dari tahun 1994-2017. Sebagai pimpinan Dewan Pemerintahan Sementara angkatan Bersenjata, ia mengontrol penuh negaranya di tangan militer saat terjadi kudeta pada Juli 1994. Ia lahir di Kanilai. Orangtuanya adalah imigran dari Senegal.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: