Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kesal Dipanasi Terus, Menhan Turki: Macron Mencoba Mainkan Peran Napoleon Bonaparte Tapi Dia Tidak Cukup Kuat!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 19 September 2020, 08:23 WIB
Kesal Dipanasi Terus, Menhan Turki: Macron Mencoba Mainkan Peran Napoleon Bonaparte Tapi Dia Tidak Cukup Kuat!
Menteri Pertahanan Hulusi Akar/Net
rmol news logo Turki kembali mengeluarkan kecamannya terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron karena dianggap terus memanasi konflik yang terjadi di laut Mediterania Timur.

Turki melalui Menteri Pertahanan Hulusi Akar bahkan mengibaratkan Macron tengah menambahkan bahan bakar ke dalam api di Mediterania Timur dan mempersulit penyelesaian masalah di kawasan tersebut.

Dalam wawancara eksklusif dengan Channel 4 News Inggris, Akar mengatakan presiden Prancis itu sedang mencoba untuk mengambil peran Napoleon yang meninggal dua abad lalu tetapi Macron tidak cukup kuat untuk ini.

Akar mengatakan Macron mencoba memiliki beberapa peran di Mediterania Timur untuk mengaburkan masalahnya di Prancis.

"Dia mencoba untuk memainkan peran di Mediterania Timur dengan datang dari jarak ribuan kilometer, yang tidak benar," kata Akar, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (18/9).

 Dia menekankan bahwa Turki membela hak dan kepentingannya, dengan mengingatkan bahwa Turki memiliki sekitar 2.000 kilometer (sekitar 1.242 mil) garis pantai di Mediterania Timur.

Menyinggung mengenai upaya meditasi NATO, Akar mengatakan sementara Yunani enggan dan memperlambat solusi masalah Mediterania Timur dengan beberapa prasyarat, Turki justru mendukung diadakannya pertemuan-pertemuan ini.

Menarik perhatian pada aktivitas Yunani di Laut Aegea, Akar mengatakan Yunani telah mempersenjatai beberapa pulau, terutama Meis, atau Kastellorizo, di Laut Aegea dan wilayah yang melanggar hukum internasional.

"Ini merupakan pelanggaran hukum dan perjanjian internasional antar negara. Ini merupakan ancaman bagi Turki. Ini berdampak negatif pada hubungan bertetangga yang baik," ujarnya.

"Tetangga Yunani kami dengan egois berbicara tentang hak-hak mereka. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengabaikan hak kami dalam setiap kondisi. Ini tidak dapat diterima," kata Akar.

Turki hanya mengharapkan penghormatan terhadap hak-haknya dari semua pihak, katanya.

Terkait sikap Uni Eropa terhadap masalah tersebut, ia mengatakan bahwa Uni Eropa tidak berkontribusi pada solusi dan telah menjadi bagian dari kebuntuan.

Dia mengatakan Uni Eropa tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan atau mengubah aturan atau menarik perbatasan di Mediterania Timur.

Mengenai seruan sanksi dari anggota UE ke Turki, dia mengatakan itu adalah bahasa yang mengancam dan bahwa mereka sering berbicara tentang sanksi dengan berbagai cara.

“Sikap UE ini hanya menimbulkan ketegangan,” tambah Akar.

UE harus memahami bahwa setiap orang harus mematuhi semua aturan hukum internasional, Akar menekankan, menambahkan bahwa blok tersebut, terutama Macron, sangat partisan dan bias pada masalah ini.

Terkait kegiatan eksplorasi hidrokarbon di Mediterania Timur, Akar mengatakan bahwa Turki sedang melakukan pekerjaan teknis dan ilmiah di wilayah tersebut seperti yang telah dilakukan sebelumnya di dalam landas kontinennya.

"Kami melakukan ini dalam kerangka hak kami sendiri. Tidak ada provokasi apapun di sini," tegasnya.

 Akar juga mengatakan pekerjaan Turki di kawasan itu terdiri dari penggunaan hak yang ada secara terencana, terjadwal, terbuka, dan transparan.

Ketegangan baru-baru ini meningkat karena masalah eksplorasi energi di Mediterania Timur.

Yunani telah mempermasalahkan eksplorasi energi Turki di wilayah tersebut, mencoba mengotak di wilayah maritim Turki berdasarkan pulau-pulau kecil di dekat pantai Turki.

 Untuk mengurangi ketegangan, Turki telah menyerukan dialog untuk memastikan pembagian yang adil dari sumber daya kawasan.

Sementara itu, delegasi militer Turki dan Yunani telah mengadakan pertemuan teknis di markas NATO di Brussel untuk membahas cara-cara mengurangi risiko insiden di tengah meningkatnya ketegangan di Mediterania Timur. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA