Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pertaruhan Yang Berhasil? Profesor Denmark: Swedia Hampir Sampai Pada Herd Immunity Covid-19

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 20 September 2020, 11:55 WIB
Pertaruhan Yang Berhasil? Profesor Denmark: Swedia Hampir Sampai Pada Herd Immunity Covid-19
Swedia merupakan negara di Eropa yang tidak menerapkan lockdown dan memilih untuk mengusung konsep herd immunity dalam melawan Covid-19/Net
rmol news logo Saat sebagian besar negara-negara Eropa saat ini tengah berjuang untuk menahan terjadinya gelombang kedua dari infeksi Covid-19, Swedia agaknya tidak perlu ambil pusing.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Setidaknya itu yang dikatakan oleh seorang profesor Denmark bernama Kim Sneppen. Dia merupakan profesor biokompleksitas di Institut Niels Bohr Kopenhagen.

Sneppen percaya bahwa Swedia pada akhirnya akhirnya berhasil mengembangkan apa yang disebut dengan herd immunity atau kekebalan kawanan terhadap Covid-19.

"Ada indikasi bahwa Swedia telah memperoleh unsur kekebalan terhadap penyakit, yang bersama dengan segala hal lain yang mereka lakukan untuk mencegah penyebaran infeksi, sudah cukup untuk menekan penyakit itu," ujarnya, seperti dikabarkan Russia Today akhir pekan ini.

Dia menjelaskan bahwa ketika persentase tertentu dari populasi telah terinfeksi virus dan kemudian pulih lalu menjadi kebal, virus tidak dapat lagi menemukan cukup inang baru untuk disebarkan.

Pada titik ini, populasi telah mencapai herd immunity terhadap virus.

Biasanya, 60 persen dari populasi harus terinfeksi dulu untuk mencapai titik ini, tetapi ahli matematika Universitas Stockholm Tom Britton mengatakan kepada Politiken bahwa "kekebalan 20 persen membuat perbedaan yang cukup besar".

Meski begitu, herd immunity adalah konsep kontroversial di awal pandemik virus corona. Namun Swedia adalah satu-satunya negara Eropa yang justru secara terbuka dan berani memilih konsep ini untuk menangani pandemik Covid-19.

Berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya, Swedia memilih untuk tidak menerapkan penguncian atau lockdown. Swedia juga tidak mewajibkan masker dan jarak sosial. Selain itu, negara tersebut juga tidak menutup bar, restoran, sekolah maupun bisnis.

Aktivitas sehari-hari di Swedia pada umumnya berjalan normal, hanya saja tetap ada sejumlah pembatasan yang diberilakukan, meski tidak agresif.

Swedia melarang pertemuan lebih dari 50 orang dan mendorong agar para lansia tinggal di rumah.

Swedia dianggap telah hampir mencapai herd immunity yang dituju, namun walau bagaimana pun, negara itu harus membayar "harga" untuk mencapai hal tersebut.

Data dari World O Meters menunjukkan bahwa hingga akhir pekan ini, tercatat ada 5.865 orang yang meninggal dunia akibat Covid-19 di Swedia.

Pada akhir Mei lalu, sekitar setengah dari kematian Swedia terjadi di panti jompo. Kondisi tersebut sempat menyebabkan kemarahan publik di Swedia.

"Itulah yang telah mereka bayarkan. Sisi positifnya, mereka sekarang mungkin sudah selesai dengan pandemik," kata Sneppen.

Namun demikian, tingkat kematian Swedia masih lebih rendah daripada beberapa negara yang menerapkan penguncian yang ketat, seperti Spanyol dan Inggris.

Terlepas dari jumlah korban tewas, kepala ahli epidemiologi Swedia, Anders Tegnell, mengatakan kepada France24 minggu lalu bahwa herd immunity yang ditempuh Swedia berhasil dilakukan.

"Kami senang dengan strategi kami," ujarnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA