Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Trump-Biden Ribut Pengganti Ruth Ginsburg, Seberapa Penting Kursi Hakim Agung AS?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 21 September 2020, 17:53 WIB
Trump-Biden Ribut Pengganti Ruth Ginsburg, Seberapa Penting Kursi Hakim Agung AS?
Hakim Agung Ruth Ginsburg/Net
rmol news logo Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump dan penantangnya Joe Biden dari Partai Demokrat saat ini tengah berselisih perihal pengganti Hakim Agung Ruth Ginsburg yang telah tutup usia.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Dalam kampanyenya di North Carolina akhir pekan lalu, Trump telah berkomitmen untuk segera mencari pengganti Ginsburg dengan seorang wanita.

"Saya pikir penggantinya harus seorang wanita karena saya sebenarnya lebih suka lebih banyak wanita (yang berkecimpung) daripada lelaki," tuturnya.

Kandidat Trump sendiri jatuh pada dua hakim koservatif yang mendukung Partai Republik, yaitu Amy Coney Barrett dan Barbara Lagoa.

Di sisi lain, Biden mendesak Trump untuk tidak melakukan pemilihan sebelum pelantikan presiden tahun depan. Senator Mitch McConnell juga menekankan akan berusaha membatalkan setiap nominasi yang diajukan Trump.

Disampaikan oleh Gurubesar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto Juwana, pemilihan Hakim Agung di AS tidak dilakukan di saat bersamaan.

Hakim Agung sendiri akan dipilih oleh presiden untuk disetujui oleh Kongres dan Senat.

"Nah biasanya yang akan menggantikan Hakim Agung itu presiden yang sesuai dengan ideologinya," ujar Hikmahanto dalam diskusi RMOL World View bertajuk "Trump Vs Biden: Siapa Masa Depan AS?" pada Senin (21/9).

Ginsburg merupakan seorang hakim yang terpilih dari minoritas. Ia adalah perempuan dan Yahudi. Dalam setiap keputusannya, Ginsburg sangatlah liberal.

"Yang dikhawatirkan adalah kalau misalnya Trump yang akan memilih, maka siapa pun yang akan dipilih afiliasinya seperti juga Partai Republik. Dia akan konservatif, tidak ada kompromi, dan sebagainya. Meski dia wanita," terangnya.

"Akan berhubungan dengan suara di Mahkamah Agung AS, waktu pemungutan suara dan sebagainya akan berdampak," tambah Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) tersebut.

Hikmahanto juga menjelaskan, menjelang pemungutan suara pada 3 November, seharusnya Trump tidak mengambil keputusan-keputusan yang penting walaupun memang pelantikan akan dilakukan pada Januari 2020.

Sementara itu, beberapa hari sebelum kematiannya karena kanker pankreas, Ginsburg telah berpesan untuk tidak menggantinya sampai presiden baru menjabat.

Selama 27 tahun tugasnya, Ginsburg adalah satu dari empat tokoh liberal yang menduduki sembilan kursi Hakim Agung. Jika Trump mengambil satu jatah kursi lagi, maka Hakim Agung yang memiliki pandangan "demokratis" menjadi lebih sedikit. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA