Tanpa adanya
invisible hand atau "tangan tidak terlihat" yang muncul dalam pemilu AS, baik itu dugaan campur tangan maupun isu-isu tertentu, Gurubesar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menyebut, Trump akan kalah.
Pasalnya, walaupun dukungan Trump saat ini mulai mengejar Biden, sulit untuk memenangkan pemilu. Lantaran banyak warga AS yang sudah kecewa dengan gaya kepemimpinan Trump yang cukup rasis dengan supremasi kulit putihnya.
"Menurut saya, kecuali ada
tempering teknologi, kalau ada hal-hal yang membuat rakyat AS berubah dalam hitungan hari, itu bisa Trump menang lagi," terangnya dalam diskusi virtual
RMOL World View bertajuk "Trump Vs Biden: Siapa Masa Depan AS?" pada Senin (21/9).
Meski begitu, ia mengatakan, adanya campur tangan asing dalam pemilu AS masih diperdebatkan.
Dugaan Rusia atau Eropa Timur lain bermain dalam pemilu AS 2016 juga bahkan membuat Trump hampir dimakzulkan di Kongres.
"Kembali lagi, kalau semuanya
fair, kelihatannya Trump agak repot," lanjut Rekor Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) itu.
Menjelang pemungutan suara pada 3 November sendiri, Hikmahanto mengurai, tampaknya Trump akan mencoba berbagai manuver. Salah satunya yang telah terealisasi adalah normalisasi antara Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.
Itu dilakukan karena Trump berusaha mengambil hati masyarakat internasional yang kurang puas dengan performanya, di mana ia terus mementingkan AS dibanding membantu dunia.
"Sekarang ini Trump akan mencoba, setidaknya sampai November melakukan manuver-manuver kemudian
appealing pemilih AS," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: