Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Melihat Indonesia, Rakyat Afganistan Jadi Rindu Perdamaian

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 22 September 2020, 16:08 WIB
Melihat Indonesia, Rakyat Afganistan Jadi Rindu Perdamaian
Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Afganistan, Ashraf Ghani pada 2018/Net
rmol news logo Sudah 19 tahun Afganistan dilanda konflik. Berawal ketika Amerika Serikat (AS) melancarkan "war on terror" atau perang melawan terorisme.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Hingga saat ini, Afganistan belum mencapai perdamaian. Berbagai upaya dilakukan, bahkan melibatkan banyak negara untuk membangun perdamaian antara pemerintah di Kabul dan Taliban.

Tahun ini, pada Februari, AS dan Taliban telah mencapai kesepakatan. AS akan mengurangi pasukannya di Afganistan dengan imbalan perdamaian Taliban dan pemerintah. Prasyarat Taliban pada saat itu adalah pertukaran tahanan.

Pada Sabtu (12/9), Taliban dan pemerintah Afganistan yang diakui secara internasional kemudian bertemu di Doha, Qatar untuk membahas mekanisme perdamaian.

Sejauh ini, Dutabesar RI di Afganistan, Arief Rachman menyebut, proses perdamaian terus berlangsung meski masih ada beberapa konflik kecil di sejumlah daerah.

Proses panjang perdamaian Afganistan sendiri tidak terlepas dari peran Indonesia. Sebagai negara mayoritas muslim, Indonesia dianggap sebagai saudara oleh Afganistan. Komitmen Indonesia untuk membangun perdamaian di Afganistan juga diakui oleh semua pihak yang bertikai.

Berbicara dalam diskusi virtual yang digelar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (22/9), Arief mengatakan, nama Indonesia diberikan penghormatan di Afganistan.

"Karena kita tidak punya kepentingan itu dan ini, jadi mereka mengawal. Kalau kita dateng ke provinsi, wah seperti tamu agung betul kedatangan kita ini," kisahnya.

Dalam setiap kunjungan, baik ke daerah, universitas, ulama, hingga madrasah, Indonesia selalu melakukan berbagai program. KBRI di Kabul pun kerap mengirim ulama atau perwakilan Afganistan ke Indonesia.

"Siapa pun orang Afganistan yang datang ke Indonesia, mereka mengatakan "aku ingin negaraku seperti Indonesia", penuh toleransi, kebersamaan, gotong royong," ujar Arief.

Saat ini, Arief mengatakan, banyak orang Afganistan yang mengetahui Pancasila dan menganggumi nilai-nilai toleransi di dalamnya.

"Mereka tahu persis Pancasila. Bagaimana dahsyatnya Pancasila itu, bagaimana apa yang disebut moderat, toleran, partisipan, dan keadilan itu sepertinya melekat bagi masyarakat ini. Jadi mereka rindu perdamaian," sambungnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA