Dalam sebuah upacara rahasia yang dihadiri sejumlah pejabat pada Rabu (23/9), Lukashenko bersumpah untuk melayani rakyat sembari tangan kanannya berada di atas konstitusi.
"Saya tidak bisa, saya tidak punya hak untuk meninggalkan Belarusia," ujar pemimpin berusia 66 tahun itu, seperti dikutip
Reuters.
Menanggapi upacara rahasia tersebut, lawan utama Lukashenko. Sviatlana Tsikhanouskaya mengecam pelantikan itu.
"Pelantikan rahasianya adalah upaya untuk merebut kekuasaan," tegasnya.
Sementara itu, ribuan pengunjuk rasa memenuhi jalan-jalan dengan membawa bendera oposisi merah-putih. Mobil-mobil yang lewat pun membunyikan klakson sebagai tanda solidaritas.
"Jika Anda memiliki 80 persen, mengapa Anda takut kepada kami?" begitu bunyi sebuah spanduk yang dibawa pengunjuk rasa, mengacu pada 80 persen suara yang diklaim oleh Lukashenko.
Sebagai aksi penolakan pelantikan Lukashenko, para pengunjuk rasa membentuk rantai manusia untuk memblokir beberapa jalan dan menyebabkan kemacetan lalu lintas. Bentrokan sesekali terjadi ketika para demonstran mencoba menghentikan penahanan lainnya.
"Sasha, keluar, kami akan memberi selamat padamu!" teriak beberapa orang merujuk pada panggilan Lukashenko.
Rekaman media lokal menunjukkan polisi anti huru hara dengan helm menjepit pengunjuk rasa ke tanah, dan berbaris atau membawa mereka pergi ke tahanan.
Kantor berita Rusia,
Interfax melaporkan, beberapa orang terluka setelah meriam air ditembakkan.
Menurut kantor berita resmi
Belta, lebih dari 10 orang ditahan. Sedangkan, kelompok hak asasi manusia Spring 96 mengatakan sedikitnya 116 orang yang ditahan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: