Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Prihatin Konflik Azerbaijan Dan Armenia Kembali Bergolak, Iran Undang Dua Negara Lakukan Negosiasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 28 September 2020, 12:04 WIB
Prihatin Konflik Azerbaijan Dan Armenia Kembali Bergolak, Iran Undang Dua Negara Lakukan Negosiasi
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif /Net
rmol news logo Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam pesan Twitternya mengatakan Teheran sedang memantau kekerasan yang mengkhawatirkan di Nagorno-Karabakh.

"Wilayah kami membutuhkan perdamaian," cuitnya pada Minggu (27/9). "Iran memantau dengan cermat kekerasan yang mengkhawatirkan di Nagorno-Karabakh."

Javad Zarif menekankan diakhirinya permusuhan dan agar segera dilakukan dialog  yang dapat menyelesaikan perbedaan.

"Tetangga kami adalah prioritas kami dan kami siap memberikan layanan yang baik untuk memungkinkan pembicaraan. Wilayah kami membutuhkan perdamaian sekarang juga," katanya, seperti dikutip dari Iran Press, Minggu (27/9).

Setelah perang di perbatasan Tavush yang menelan banyak korban, Azerbaijan dan Armenia terus terlibat konflik.

Pada Minggu (27/9) konflik meletus kembali di wilayah Nagorno-Karabakh yang bergejolak. Menyalakan kembali kekhawatiran tentang ketidakstabilan di Kaukasus Selatan.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan jatuhnya dua helikopter Azerbaijan dan tiga drone serta penghancuran tiga tank sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya "invasi Azeri". Pashinyan menuduh Azerbaijan menyatakan perang terhadap rakyat Armenia.

“Hari ini, sejak dini hari (Minggu), Artsakh menjadi sasaran agresi angkatan bersenjata Azerbaijan. Penduduk sipil Artsakh, Stepanakert, dan infrastruktur sipil dibom. Saat ini, ada korban jiwa dan luka-luka, termasuk penduduk sipil. Dengan menggunakan senjata berat, musuh menyerang posisi Tentara Pertahanan ke segala arah,” kata Pashinyan dalam pidatonya kepada warga negaranya.

Sejak 1990 kedua belah pihak semakin meletupkan bentrokannya. Sudah banyak korban yang ditimbulkan baik dari pihak Armenia maupun pihak Azerbaijan.

Nagorno-Karabakh, wilayah yang memisahkan diri di dalam Azerbaijan tetapi dijalankan oleh etnis Armenia, mengumumkan darurat militer dan memobilisasi populasi pria mereka.

Iran meminta Azerbaijan dan Armenia untuk menahan diri dan melakukan negosiasi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh juga mengatakan hal yang sama pada Minggu (27/9).

“Republik Islam Iran sedang memantau dengan cermat konflik militer antara Republik Azerbaijan dan Republik Armenia dengan prihatin, sambil mengundang kedua belah pihak untuk menahan diri, menyerukan penghentian segera bentrokan dan memulai pembicaraan antara kedua negara," katanya.

Dia menambahkan bahwa Teheran siap menggunakan semua kemampuannya untuk membantu mendirikan gencatan senjata dan memulai pembicaraan damai antara kedua belah pihak.

Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan dalam konflik yang pecah ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991.

Sedikitnya 200 orang tewas dalam gejolak konflik antara Armenia dan Azerbaijan pada April 2016. Sering terjadi bentrokan dan sedikitnya 16 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan Juli. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA