Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

18 Tewas Dalam Konflik Nagorno-Karabakh, PBB Segera Panggil Presiden Azerbaijan Dan PM Armenia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 28 September 2020, 13:28 WIB
18 Tewas Dalam Konflik Nagorno-Karabakh, PBB Segera Panggil Presiden Azerbaijan Dan PM Armenia
Gambar yang diambil dari rekaman yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Armenia, Minggu, 27 September 2020, tentara Armenia menghancurkan tank-tank Azerbaijan di garis kontak Republik Nagorno-Karabakh/Net
rmol news logo Sebanyak 16 tentara dan dua warga sipil dilaporkan tewas dalam aksi pertempuran yang pecah pada Minggu (27/8) di Nagorno-Karabakh. Pertempuran yang melibatkan tentara Armenia dan Azerbaijan itu juga melukai lebih dari 100 orang lainnya
 
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Armenia Shushan Stepanyan pada Minggu menulis di media sosial mengenai korban pertempuran.

"Artsakh (republik Nagorno-Karabakh) Wakil Menteri Pertahanan Artur Sarkisyan mengatakan bahwa menurut data awal, ada 16 tentara ( yang jadi korban). Lebih dari seratus orang terluka," tulisnya di akun Facebook-nya.

Situasi di Nagorno-Karabakh kembali memanas pada Minggu (27/9) ketika Azerbaijan mengatakan posisinya mendapat kecaman dari Armenia. Armenia, pada gilirannya, mengatakan tentara Azerbaijan telah melancarkan serangan ke arah Nagorno-Karabakh, seperti dikutip dari Tass, Senin (2/9).

Menurut laporan, sejumlah permukiman di Nagorno-Karabakh, termasuk pusat administratifnya Stepanakert, telah ditembaki oleh Azerbaijan. Kedua belah pihak melaporkan adanya korban, termasuk di antaranya warga sipil. Pada hari itu juga otoritas Armenia telah memberlakukan darurat militer dan mengumumkan mobilisasi cadangan.

Armenia mengklaim bahwa empat helikopter Azerbaijan ditembak jatuh dan 33 tank Azerbaijan serta kendaraan tempur terkena artileri. Sebelumnya, kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan dua helikopter yang ditembak jatuh.

Konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah dataran tinggi Nagorno-Karabakh, telah lama pecah, bahkan sebelum pecahnya Uni Soviet. Di wilayah Nagorno-Karabakh banyak dihuni etnis Armenia. Pada Februari 1988 setelah Otonomi Nagorno-Karabakh Region mengumumkan penarikannya dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan, pertempuran itu pun dimulai.

Pada 1992-1994, ketegangan memuncak dan meledak menjadi aksi militer skala besar untuk menguasai daerah kantong dan tujuh wilayah yang berdekatan setelah Azerbaijan kehilangan kendali atas mereka.

Pembicaraan tentang penyelesaian Nagorno-Karabakh telah berlangsung sejak 1992 di bawah OSCE Minsk Group, yang dipimpin oleh tiga ketuanya - Rusia, Prancis dan Amerika Serikat.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyoroti pertempuran ini dan mengatakan dia "sangat prihatin atas dimulainya kembali permusuhan baru" antara Armenia dan Azerbaijan.

“Sekretaris Jenderal dengan tegas meminta pihak-pihak untuk segera menghentikan pertempuran, mengurangi ketegangan dan kembali ke negosiasi yang berarti tanpa penundaan,” kata juru bicara Guterres dalam sebuah pernyataan.

Guterres "mengutuk penggunaan kekuatan dan menyesali hilangnya nyawa dan korban pada penduduk sipil," kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa sekretaris jenderal akan berbicara dengan Presiden Azerbaijan dan Perdana Menteri Armenia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA