Ini dibuktikan dengan sebuah survei yang mengatakan bahwa perusahaan Korea Selatan tidak mengurangi transaksi dengan China meskipun sebagian besar dari mereka mengalami perubahan rantai pasokan global setelah terjadi pandemik.
Bahkan menurut survei yang dilakukan terhadap 300 produsen Korea oleh Kamar Dagang dan Industri Korea di Korea Selatan itu menunjukan, meskipun misalnya rantai nilai global diatur ulang, transaksi perusahaan Korea dengan China tidak akan mengalami penurunan, seperti dikutip dari
GT, Senin (28/9).
Survei itu menujukkan, sekitar 84,3 persen dari perusahaan yang disurvei mengatakan mereka akan mempertahankan atau memperluas transaksi dengan China sedangkan hanya 6 persen responden yang mengatakan mereka akan mengurangi bisnis mereka dengan perusahaan China.
Sebanyak 72 persen responden menunjuk penyebaran Covid-19 sebagai faktor terbesar yang mempengaruhi restrukturisasi rantai nilai global.
Kemajuan dalam industri manufaktur Tiongkok dan sengketa perdagangan AS-Tiongkok terjadi di urutan kedua dan ketiga, dengan masing-masing 16,9 persen dan 7,7 persen dari perusahaan yang disurvei, mengutip ini sebagai alasan perubahan.
Perdagangan antara China dan Korea Selatan selama delapan bulan pertama tahun ini mencapai 179,74 miliar dolar AS, turun 3,7 persen tahun-ke-tahun.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: