Menurut Kementerian Luar Negeri Armenia, dalam keterangan yang diterima redaksi awal pekan ini, ada dua ciri yang diamati oleh Armenia terkait agresi terbaru di Nagorno-Karabakh, atau dikenal juga dengan nama Artsakh.
"Pertama, Azerbaijan secara terbuka mengecam proses perdamaian di tingkat Presiden (Azerbaijan Ilham) Aliyev dan merumuskan tujuan untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh dengan memulai perang besar-besaran," begitu bunyi keterangan tersebut.
"Kedua, untuk tujuan ini, Azerbaijan menerima dukungan militer-politik berskala besar dari Turki. Khususnya, Turki telah mendukung Azerbaijan dalam konteks konflik Nagorno-Karabakh sejak tahun 1990-an, ketika negara itu memberlakukan blokade tanah di Republik Armenia," sambung pernyataan yang sama.
Namun, dalam agresi terbaru yang terjadi, dukungan Turki dan persiapan Azerbaijan telah mengalami perubahan kualitatif dan ditandai dengan kehadiran langsungnya di lapangan.
Kementerian Luar Negeri Armenia mengklaim, pakar militer Turki bertempur berdampingan dengan Azerbaijan, yang menggunakan senjata Turki, termasuk UAV dan pesawat tempur.
"Menurut sumber yang dapat dipercaya, Turki merekrut dan mengangkut pejuang teroris asing ke Azerbaijan. Sementara itu, Turki memberikan dukungan politik dan propaganda penuh kepada Azerbaijan pada tingkat tertinggi kepemimpinannya," jelas pernyataan yang sama.
Sementara itu, dituasi di lapangan menunjukkan bahwa warga Artsakh sedang berperang melawan aliansi Turki-Azerbaijan. Situasi ini seakan membangkitkan kembali luka sejarah yang juga pernah melibatkan Turki dan Azerbaijan.
"Turki, yang seabad lalu memusnahkan orang-orang Armenia di tanah air bersejarah mereka dan hingga kini membenarkan kejahatan itu, kini mendukung Azerbaijan dengan segala cara yang memungkinkan untuk melakukan aksi genosida yang sama di Kaukasus Selatan. Aliansi genosida Turki-Azerbaijan ini merupakan ancaman serius bagi masyarakat di wilayah tersebut," ungkap pernyataan tersebut.
Meski begitu, Armenia tidak lantas mengibarkan bendera putih akan situasi tersebut. Bersama dengan Artsakh, Armenia bertekad kuat untuk mengusir pasukan aliansi Turki-Azerbaijan.
"Armenia sangat yakin bahwa petualangan militer Azerbaijan akan gagal, dan Azerbaijan akan terpaksa membatalkan niatnya untuk menyelesaikan konflik melalui cara-cara militer, dan berbicara kepada rakyat Artsakh bukan melalui rentetan artileri, tetapi di meja perundingan," tutup pernyataan itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.