Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Merasa Puas Dan Aman, Komunitas Sikh Dukung Donald Trump

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 30 September 2020, 11:55 WIB
Merasa Puas Dan Aman, Komunitas Sikh Dukung Donald Trump
Kampanye Sikhs for Trump/Net
rmol news logo   Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mendapatkan dukungan dari kelompok Sikh untuk mendapatkan masa jabatannya yang kedua.

Sebanyak hampir 25 ribu pemilih Sikh yang tinggal di sembilan swing states di AS telah menyatakan dukungannya untuk petahana dari Partai Republik.

Kelompok Sikh merupakan pengikut Sikhisme yang berasal dari kawasan Punjab, India. Dukungan mereka terhadap Trump dilakukan dengan kampanye "Sikhs for Trump".

Data dari Koalisi Sikh yang bermarkas di New York menunjukkan, totalnya ada hampir 1,3 juta pemilih India-Amerika di AS saat ini.

Pengacara Sikh-Amerika, Harmeet Dhillon dan ketua Pengacara Trump, Jasdip Singh memuji kebijakan Trump yang mereka klaim bertanggung jawab atas peningkatan representasi Sikh di Angkatan Bersenjata AS dan lembaga penegak hukum.

"Kami telah melihat peningkatan representasi Sikh di angkatan bersenjata dan badan keamanan yang mengabdi dengan prinsip Sikh mereka, mengenakan turban dan janggut," ujar Jasdip Singh dalam pesan video yang diposting di halaman Facebook-nya, seperti dikutip Sputnik, Rabu (30/9).

"Komunitas tidak hanya aman, tetapi berkembang di bawah Presiden Trump," tambah Singh.

Berkobarnya kampanye "Sikhs for Trump" muncul dari tudingan rival presiden, Joe Biden dari Partai Demokrat. Dalam kampanyenya, BIden kerap mengatakan Trump mendorong budaya bullying di sekolah-sekolah.

"Jika Anda bertanya kepada saya bagaimana saya dapat mendukung Presiden Trump, saya akan bertanya kepada Anda bagaimana Anda dapat mendukung Joe Biden dan Kamala Harris," kata Singh.

Sikh sendiri tampaknya memiliki cerita kelam dengan pasangan dari Partai Demokrat itu.

Pada 2011, Harris yang menjabat sebagai Jaksa Agung California tidak memberikan izin seorang pria Sikh bernama Trilochan Oberoi untuk bekerja di fasilitas permasyarakatan di sana.

Pada saat itu, Harris berdebat dalam pengajuan Pengadilan Tinggi Kabupaten Sacramento bahwa Trilochan Oberoi tidak dapat ditempatkan dengan benar untuk masker gas jika dia menjaga kumis dan janggut yang diwajibkan oleh agama Sikh-nya.

Dalam argumennya, Harris menekankan bahwa tidak ada pengecualian yang diberikan sejak kebijakan tersebut berlaku pada 2004.

Sebuah petisi di Change.Org, yang mendokumentasikan kasus tersebut, meminta Harris untuk meminta maaf atas insiden tersebut.

Menurut survei sikap pemilih di antara orang India-Amerika awal bulan ini menunjukkan 66 persen pemilih komunitas lebih memilih Joe Biden sebagai pemimpin AS, sementara Trump mendapatkan 28 persen dukungan.

Survei yang dilakukan oleh Indiaspora dan Asian American Pacific Islanders (AAPI), mencatat peningkatan dukungan di antara orang India-Amerika untuk Trump dibandingkan dengan pemilihan presiden sebelumnya, ketika hanya 16 persen pemilih komunitas yang memilih calon dari Partai Republik. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA