Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Analis: Hanya Satu Orang Yang Terlihat Sebagai Presiden Di Panggung Debat AS, Dan Itu Bukan Petahana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 30 September 2020, 14:41 WIB
Analis: Hanya Satu Orang Yang Terlihat Sebagai Presiden Di Panggung Debat AS, Dan Itu Bukan Petahana
Sang petahana, Presiden Donald Trump/Net
rmol news logo Sungguh ironis. Beberapa minggu jelang pemilihan, seluruh rakyat Amerika malah disuguhkan debat yang sangat buruk.  Donald Trump telah membuat debat presiden pada putaran pertama, Selasa (29/9) malam waktu New York, atau Rabu pagi waktu Indonesia, menjadi yang paling buruk dalam sejarah AS. Setidaknya itu yang ditulis The Guardian dalam laporannya.

Menurut jajak pendapat yang diadakan secara langsung bersamaan dengan acara debat, lawan Trump, Joe Biden, akan memenangkan pemilihan November. Jika ternyata Trump terpilih kembali, rakyat Amerika akan terserang demam dan mimpi yang kelam, juga mengerikan, yang akan menjadi baris pertama obituari Amerika.

Hanya satu orang yang terlihat seperti presiden di panggung debat di Cleveland, Ohio, malam itu, dan itu bukan petahana, beberapa analis mengatakan hal itu.

"Sementara petahana hanya bisa menyela, mengomel, mengamuk, memuntahkan kebohongan dan menyela lagi," tulis The Guardian.

Sang moderator, Chris Wallace dari Fox News, tidak berupaya untuk memegang kendali. Penampilannya hanya sebagai pelengkap saja, persis guru yang putus asa saat anak-anak nakal melakukan kerusuhan. Dia tidak menegakkan aturan atau memotong debat dan mengambil alih mikrofon presiden.

Dalam menghadapi Trump, menghadapi intimidasi asimetris ini, Biden terlihat bisa mengendalikan diri. Dia berdiri tegak. Dia berbicara mewakili puluhan juta orang Amerika ketika dia menghardik Trump: "Maukah kamu diam, Bung?"

Dan kalimat itu saat ini dijadikan kampanye Biden 'Maukah kamu diam, Bung?" yang terpasang di kaus oblong bahkan sebelum debat selesai.

Debat ini dilakukan di tengah pedoman pembatasan virus corona. Tidak ada jabat tangan, tidak ada yang berkeliaran, seperti yang terjadi pada pemilihan 2016 lalu di mana Trump berkeliaran di belakang punggung Hillary Clinton.

Katie Hill, mantan anggota kongres Partai Demokrat, menulis di Twitter: "Saya benar-benar tidak tahu bagaimana Biden tidak berlari dan meninju wajahnya."

Trump lebih tampak seperti penantang daripada seorang petahana. Namun menyela dan melontarkan hinaan, seperti: "Jangan pernah menggunakan kata 'pintar' dengan saya. Tidak ada yang pintar tentang Anda, Joe."

Moderator yang malang berjuang untuk mendapatkan kendali karena pemirsa hanya mendengar hiruk-pikuk suara.

“Saya moderator debat ini, izinkan saya mengajukan pertanyaan saya,” Wallace memohon, dan itu membuat penonton cukup kesal.

Walau Walace sempat memberi kecaman: "Terus terang, Anda telah melakukan lebih banyak interupsi." Tetapi nyatanya, Wallace terlalu lunak pada Trump.

Biden kebanyakan tetap tenang, lebih memilih untuk tertawa di dunia hiburan yang melelahkan itu.

“Itu benar-benar segmen yang produktif, bukan?” kata Biden di awal debat ketika Trump mulai memotong setiap kalimatnya. “Tetap mengoceh, Bung!”

Biden sempat mengutuk Trump atas komentar yang dilaporkan baru-baru ini yang merendahkan tentara yang tewas sebagai 'pecundang' dan 'pengisap'. Dia berkata tentang mendiang putranya, Beau, yang bertugas.

“Anakku ada di Irak. Dia menghabiskan satu tahun di sana. Dia mendapat Bintang Perunggu. Dia mendapat Medali Layanan yang Mencolok. Dia bukan 'pecundang'. Dia adalah seorang patriot,"  tukas Biden.

Trump dengan kikuk mencoba mengalihkan topik pembicaraan kepada putra Biden lainnya, Hunter. Biden pun kembali menukas: "Saya sedang berbicara tentang anak saya Beau Biden," dan kemudian berbicara tentang serangan terhadap Hunter, secara keliru mengklaim bahwa dia telah diberhentikan secara tidak hormat dari militer.

"Anakku, seperti kebanyakan orang... punya masalah narkoba," balas Biden. “Dia menyusulnya. Dia memperbaikinya. Dia sedang mengerjakannya. Dan saya bangga padanya. "

Sulit membayangkan Trump memenangkan pemilihan. Apalagi dalam berbagai jajak pendapat dia tertinggal di belakang Biden.

Bisa jadi Wallace merenung awal pekan ini, “Jika saya telah melakukan pekerjaan saya dengan benar, pada penghujung malam, orang akan berkata, 'Itu adalah debat yang hebat, siapa moderatornya?'”

Sementara koresponden politik CNN Dana Bash berkata bahwa itu adalah sebuah 'shitshow'. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA