Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketika Trump Dan Biden Saling Kecam Dalam Acara Debat, China Juga Yang Diseret-seret

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 30 September 2020, 15:50 WIB
Ketika Trump Dan Biden Saling Kecam Dalam Acara Debat, China Juga Yang Diseret-seret
Kandidat debat, Donald Trump dan Joe Biden/Net
rmol news logo Banyak yang mengatakan bahwa debat presiden putaran pertama adalah yang paling buruk dalam sejarah Amerika. The Global Time menyebutnya sebagai debat yang kacau, jauh lebih kacau dari 2016. Dalam debat yang berlangsung di Cleveland, Ohio, terlihat lebih banyak kecaman dan serangan pribadi.

Jika debat pemilihan presiden pada 2016 adalah pertarungan antara jenis kelamin yang berbeda, debat yang berlangsung pada Selasa malam (29/9) waktu New York atau Rabu pagi (30/9) waktu Indonesia, adalah ajang konfrontasi penuh permusuhan antara dua orang berusia 70 tahun.

Debat ini tidak layak untuk diapresiasi, menurut Global Time.

"Kekacauan semacam itu adalah lambang politik AS dan representasi dari perpecahan tajam dalam masyarakat AS. Trump dan Biden hanyalah perwakilan dari dua sisi yang berlawanan. Sayangnya, dari debat ini, tidak ada tanda-tanda bahwa konfrontasi dan perbedaan sosial seperti itu dapat dijembatani, siapa pun yang mengambil kendali," tulis GT, Rabu (30/9).

Dalam debat malam itu, Trump kembali memainkan agendanya dengan menyalahkan China atas wabah Covid-19 yang mengamuk dan menyebabkan kesengsaraan ekonomi AS. Sementara dia sendiri tidak terlalu melibatkan dirinya dalam isu-isu tersebut, Trump justru menyeret Biden.

Biden pun menyerang Trump atas masalah-masalah yang terkait China. Trump mungkin menjadikan China kambing hitam dari ketidakmampuannya untuk menangani epidemi, menghancurkan hubungan bisnis yang dimiliki putra Biden dengan China, dan bahkan menuduh China membantu Biden memenangkan pemilihan. Topik yang berkaitan dengan Hong Kong, Xinjiang, Taiwan, dan Laut China Selatan juga dibahas, dan kedua kandidat kemudian saling mengkritik di mana dalam kritikkannya menyeret-nyeret China, menunjukkan kedua kandidat karena tidak cukup tangguh terhadap China.

Keduanya juga saling tuding saat memperdebatkan masalah rasial. Masalah rasial dipicu oleh perbedaan mendasar atas nilai-nilai AS dan posisi AS dalam masyarakatnya. Perbedaan seperti itu tidak bisa dipungkiri. Yang lebih buruk, kepemimpinan AS sedang mengintensifkan perbedaan, membuat konflik antara ras yang berbeda lebih sulit diselesaikan.

"Dari debat pertama, kami melihat kekacauan dan kekisruhan. Hal ini menimbulkan kesulitan bahkan bagi moderator. Apakah kekacauan akan berlanjut dalam debat-debat berikut, ini yang patut diamati. Kecil kemungkinan Trump akan menghentikan serangan pribadinya terhadap Biden. Dia mungkin berperilaku lebih mudah tersinggung dan terburu-buru, pada debat kejutan Oktober mendatang.

Pemilihan sebentar lagi. Dampak perdebatan terhadap pemilihan agaknya tidak berlalu mendominasi. Ketika epidemi masih menyebar, orang Amerika lebih peduli tentang apakah kedua kandidat merasakan hal yang sama seperti yang mereka rasakan dan apakah mereka dapat mengusulkan solusi yang layak. Rasanya, dalam debat berikutnya, yang lebih dekat dengan pemilih adalah yang menang.

Ini akan menjadi ujian besar bagi kedua kandidat. AS cukup terpecah, sementara tidak ada harapan yang jelas dari kedua calon.

Richard N. Haass, presiden Council on Foreign Relations, men-tweet bahwa debat hari Rabu adalah "90 menit yang paling mengecewakan, paling menyedihkan, dan paling mengganggu" yang dapat dia ingat.

"Jika Anda tidak khawatir tentang masa depan negara ini, Anda jangan melihatnya," tulisnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA