Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menteri Pertahanan AS Mark Esper Kunjungi Aljazair, Yang Pertama Dalam 15 Tahun Terakhir

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 01 Oktober 2020, 16:50 WIB
Menteri Pertahanan AS Mark Esper Kunjungi Aljazair, Yang Pertama Dalam 15 Tahun Terakhir
Menteri Pertahanan AS Mark Esper/Net
rmol news logo Menteri Pertahanan AS Mark Esper terbang menuju Aljazair pada Kamis (1/10) waktu setempat untuk meningkatkan hubungan kedua negara.

Kunjungan itu terjadi di saat negara Afrika Utara itu mencoba menengahi konflik yang terjadi di Libya dan Mali yang saat ini tengah dilanda perang sambil terus berjibaku memerangi ekstremis di dalam negeri mereka sendiri.

Esper adalah menteri pertahanan pertama AS yang mengunjungi Aljazair dalam hampir 15 tahun. Kunjungan tersebut diharapkan bisa memperdalam kerjasama dalam mengatasi gangguan keamanan regional.

"Menhan berharap dapat memperdalam kerja sama dengan Aljazair dalam masalah-masalah kunci keamanan regional, seperti ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok ekstremis," kata seorang pejabat senior militer AS, seperti dikutip dari AFP, Kamis (1/10).

Esper, yang dijadwalkan berada di negara itu sebagai bagian dari tur Afrika Utara, akan tiba di Algiers setelah melakukan pembicaraan di negara tetangga Tunisia, sebelum akhirnya menuju ke Maroko.

"Aljazair adalah mitra kontra-terorisme yang berkomitmen," kata Jenderal Stephen Townsend, Kepala Komando Afrika AS, pada kunjungan baru-baru ini ke Algiers.

Para pejabat militer AS sering mengunjungi Tunisia dan Maroko, tempat kerja sama pertahanan dengan Washington terjalin dengan baik. Terakhir kunjungan dilakukan oleh Donald Rumsfeld pada 2006.

Dia diharapkan diterima pada Kamis (1/10) oleh Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune, yang juga menteri pertahanan dan kepala angkatan bersenjata, dan dengan Kepala Staf Jenderal Said Chanegriha.

"Memperkuat hubungan ini sangat penting bagi kami," kata Townsend.

"Merendahkan organisasi ekstremis brutal dan meningkatkan stabilitas regional adalah suatu keharusan bersama," lanjutnya.

Aljazair berusaha mengaktifkan kembali perannya di kancah diplomatik regional, termasuk sebagai mediator dalam konflik di Mali dan Libya.

Kelompok jihadis di Libya dan wilayah Sahel yang lebih luas telah menjadi perhatian yang meningkat sejak pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan dan membunuh diktator lama Moamer Kadhafi pada tahun 2011.

Konflik di Libya sejak itu telah menyedot banyak negara yang mendukung kekuatan lawan, termasuk Turki dan Mesir.

Mali, didukung oleh Prancis dan penjaga perdamaian PBB, sedang berjuang melawan pemberontakan Islam berusia delapan tahun yang telah merenggut ribuan nyawa.

"Amerika ingin memposisikan diri di kawasan itu, yang telah menyaksikan kedatangan pemain baru seperti Turki," kata ilmuwan politik Aljazair Mansour Kedidir.

"Aljazair selalu dianggap oleh Amerika sebagai 'negara penting' yang kerentanannya dapat melanda seluruh wilayah jika dipengaruhi oleh para jihadis," lanjutnya.

AS dan Aljazair memiliki hubungan bersejarah, yakni perjanjian persahabatan ditandatangani pada 1795. Sementara selama perang kemerdekaan 1954-1962 dari penguasa kolonial Prancis, Washington dilaporkan menekan Paris untuk bernegosiasi dengan para nasionalis Aljazair.

"Amerika Serikat memiliki hubungan keamanan bilateral yang kuat dengan Aljazair yang dimulai setidaknya pada hari-hari awal Perang Global Melawan Teror," kata Michael Shurkin, dari lembaga pemikir kebijakan RAND Corporation yang berbasis di California.

"Kemitraan mereka memiliki implikasi regional," katanya lagi.

Aljazair adalah salah satu negara pertama yang menawarkan dukungan AS setelah serangan 9/11 di New York.

Tetapi hubungan AS sangat penting karena alasan lain, kata Shurkin.

"Peran AS juga harus dilihat dalam konteks keengganan Aljazair untuk bekerjasama dengan Prancis," kata Shurkin.

Prancis memiliki 5.100 tentara yang dikerahkan di seluruh Sahel sebagai bagian dari Operasi anti-jihadisnya Barkhane.

Washington juga kemungkinan tertarik untuk menjual senjata ke Aljazair, yang saat ini menerima sekitar 90 persen pasokannya di segmen ini dari Rusia.

"Tepat sebelum kunjungan yang direncanakan Esper, Chanegriha bertemu dengan seorang delegasi militer Rusia untuk membahas keadaan kerja sama militer antara kedua negara," kata kementerian pertahanan Aljazair dalam sebuah pernyataan.

Ilmuwan politik Kedidir mengatakan, kunjungan Esper hanyalah langkah awal bagi AS.

"Ini pekerjaan jangka panjang yang tidak bisa diselesaikan dalam satu kunjungan," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA