Dilaporkan
Reuters polisi tampak menahan lebih dari 50 orang dan mengikat pergelangan tangan mereka dengan plexicuff sebelum membawa mereka ke bus.
Melalui sebuah unggahan di Facebook, polisi mengatakan mereka saat ini tengah mencari dua pria yang diduga menjadi pelaku pelemparan bom molotov di sebuah lalu lintas.
Para pengunjuk rasa sendiri pada awalnya ingin melakukan aksi protes atas pemberlakuan UU keamanan nasional Hong kong oleh Beijing pada 30 Juni. Polisi telah melarang protes tersebut, dengan alasan pembatasan terkait virus corona.
Warga Hong Kong yang berkeliaran di pusat-pusat kota akhirnya menyanyikan lagu pro-demokrasi, meski tidak ada tanda keramaian.
“Ini hari nasional China, tapi ini hari kematian Hong Kong,†kata seorang wanita berpakaian hitam yang menjadi "seragam" para pengunjuk rasa, Jay.
“Orang-orang Hong Kong berada di bawah banyak tekanan tetapi kami harus berusaha dan terus berjuang untuk kebebasan," tambahnya.
Petugas, dalam jumlah ratusan, melakukan kegiatan stop-and-search dan mengusir siapa pun yang dianggap mencurigakan. Di antara mereka yang diperintahkan untuk pergi adalah seorang remaja yang memainkan lagu-lagu protes dengan alat musik tiup kayu, seorang pria berpakaian hitam dan memegang balon kuning, dan seorang wanita memegang salinan tabloid anti-pemerintah Apple Daily.
Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam sendiri menghadiri upacara pengibaran bendera bersama dengan para pejabat senior di pusat pameran yang dikelilingi oleh polisi dan penghalang keamanan.
"Selama tiga bulan terakhir, kebenaran yang jelas telah terlihat, bahwa stabilitas masyarakat telah dipulihkan sementara keamanan nasional sudah dijaga, dan rakyat kami dapat terus menikmati hak-hak dasar dan kebebasan mereka," kata Lam.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: