Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Ketegangan AS-China Soal Taiwan, Ada Singapura Yang Mulai Resah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 02 Oktober 2020, 13:27 WIB
Di Tengah Ketegangan AS-China Soal Taiwan, Ada Singapura Yang Mulai Resah
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong/Net
rmol news logo Singapura, negara-kota di Asia Tenggara itu selalu berada di antara pusaran perseteruan negara-negara besar, termasuk yang terjadi saat ini di tengah rivalitas Amerika Serikat (AS) dan China.

Ketika persaingan antara AS dan China semakin dalam, ketegangan di Taiwan terus meningkat.

China yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya marah dengan sikap AS yang terus mendukung pemerintahan Partai Progresif Demokrasi yang digawangi oleh Presiden Tsai Ing-wen.

Kunjungan dua pejabat tinggi AS ke Taiwan beberapa waktu lalu bahkan ditanggapi keras oleh China dengan melakukan latihan militer di perbatasan dan mengirim jet tempur.

Di sisi lain, Singapura berada dalam posisi yang sulit di antara tiga pihak. Singapura diketahui memiliki hubungan militer dengan Taiwan, tetapi juga meningkatkan kerjasama ekonomi dan politik dengan China. Di samping memiliki pakta pertahanan dengan AS.

Dalam tiga dekade sejak Singapura dan China menjalin hubungan, keduanya sempat mengalami dua kali ketegangan. Dua-duanya pun menyangkut Taiwan.

Dimuat South China Morning Post, pada 2004, Lee Hsien Loong yang masih menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Singapura mengunjungi Taiwan yang langsung dibalas dengan sebuah teguran keras dari China.

China mengatakan kunjungan itu merusak hubungan Beijing-Singapura dan menunjukkan dukungan untuk tujuan separatis Taiwan. Lebih lanjut, China juga mengancam tidak akan mengizinkan latihan Singapura untuk meminjam lahannya guna melakukan latihan militer skala besar.

Setelah kejadian tersebut, Gubernur Bank Rakyat China, Zhou Xiaochuan, membatalkan kunjungannya ke Singapura, sementara 126 pejabat dan walikota China membatalkan pelatihan mereka di Singapura.

Lebih dari satu dekade kemudian, November 2016, Hong Kong menyita sembilan kendaraan militer lapis baja yang dikirim dari Taiwan kembali ke Singapura setelah mengambil bagian dalam latihan rutin.

Beijing yang tidak senang memperjelas bahwa mereka dengan tegas menentang negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan China untuk memiliki segala bentuk kontak resmi dengan Taiwan, termasuk pertukaran dan kerja sama militer.

Banyak pengamat pada saat itu mengatakan kemarahan Beijing juga berkaitan dengan apa yang dilihatnya sebagai dukungan Singapura terhadap keputusan pengadilan internasional yang mendukung klaim Filipina di Laut China Selatan.

Saat ini, setidaknya dalam dua pekan teakhir, keterlibatan AS dengan Taiwan untuk melawan China juga membuat keresahanan bagi Singapura.

Ketika Singapura dan China akan memperingati hubungan diplomatik mereka ke-30 pada akhir pekan ini, Singapura masih menunggu kepastian dari hasil pemilihan presiden AS.

Tahun lalu, Singapura telah memperbarui pakta 30 tahun dengan Washington memberikan akses pasukan AS ke pangkalan angkatan laut dan udaranya. Para analis mengatakan ini adalah tanda yang jelas bahwa AS memandang negara-kota itu sebagai bagian penting dari strategi Asia-nya.

Sejauh ini, Singapura telah mempertahankan posisinya yang baik dengan tidak berkomentar secara terbuka tentang situasi di Selat Taiwan. Singapura juga sebelumnya mengatakan tidak ingin memihak dalam persaingan AS-China.

Tetapi, di tengah kehati-hatian tersebut, Singapura pada dasarnya memiliki peluang untuk berperan meredakan ketegangan di antara pihak-pihak tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA