Kritik ini muncul setelah pekan lalu, Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mengatakan kepada kepada publik bahwa angka Covid-19 harian yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Turki sejak 29 Juli lalu hanya menunjukkan jumlah pasien Covid-19 dengan gejala. Sedangkan pasien Covid-19 tanpa gejala tidak dimasukkan ke dalam data yang dirilis
"Kami berbicara tentang orang dengan gejala. Kami memberikan ini sebagai jumlah pasien harian," ujarnya.
Koca mengatakan, meski pemerintah tidak mengungkapkan kasus tanpa gejala, namun dia menekankan bahwa tim pelacak kontak masih berhasil mengisolasi mereka dan mencegah penyebaran virus.
Menanggapi hal tersebut, pada akhir pekan ini, kantor WHO di Turki mengulangi seruannya untuk melaporkan data Covid-19 yang sejalan dengan pedoman PBB. Hal ini dianggap perlu oleh WHO untuk menyearaskan pengumpulan data dan tindakan respons.
Dalam sebuah pernyataan, WHO di satu sisi memuji Turki atas peningkatan kapasitas pengujian dan upaya pelacakan kontaknya.
"Turki telah mengisolasi semua kasus positif Covid-19, terlepas dari gejalanya," begitu bunyi pernyataan tersebut seperti dikabarkan
Al Jazeera.
Namun di sisi lain, WHO juga mendesak negara anggota, termasuk Turki untuk meningkatkan pelaporan dan pengumpulan data.
WHO mendefinisikan kasus yang dikonfirmasi sebagai "orang dengan konfirmasi laboratorium terinfeksi Covid-19, terlepas dari tanda dan gejala klinis".
Kritik juga datang dari Asosiasi Medis Turki (TTB).
"Pasien dan kasus adalah hal yang sama dalam ilmu kedokteran. Jangan bermain-main dengan kesehatan dan pikiran kita," begitu keterangan yang dirilis TTB.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: