Assad mengatakan, keberadaan dua pangkalan utama Rusia di Suriah membantu untuk melawan kehadiran militer Barat yang didominasi Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut, di samping mendukung penghancuran pemberontak.
"Keseimbangan militer global ini membutuhkan peran Rusia. Ini membutuhkan pangkalan (militer), kami mendapat keuntungan dari ini," ujar Assad dalam wawancara dengan saluran TV Kementerian Pertahanan Rusia, Zvezda.
Di samping pangkalan Hmeimim, tempat Rusia melancarkan serangan udara untuk mendukung Assad, Moskow juga mengontrol fasilitas angkatan laut Tartus di Suriah, satu-satunya pijakan angkatan laut di Mediterania, yang digunakan sejak zaman Uni Soviet.
Assad menuturkan, sebelum adanya intervensi Rusia, pasukannya telah menghadapi situasi berbahaya dengan oposisi bersenjata yang secara langsung didanai dan diperlengkapi oleh Washington dan kekutan Barat, bersama Arab Saudi dan Qatar.
Namun dengan kekuatan besar milik Moskow dan dukungan milisi dari Iran, ia mengatakan Suriah mendapatkan kembali sebagian besar wilayah yang hilang dalam konflik selama satu dekade itu.
Sejak 2015, Rusia di bawah pemerintahan Presiden Vladimir Putin melakukan intervensi dan melancarkan serangan udara di Suriah. Moskow memperkuat kehadiran militer permanennya pada 2017, menyusul kesepakatan dengan pemerintah di Damaskus.
Sebuah dokumen pemerintah Rusia yang diterbitkan Agustus lalu menunjukkan bahwa pihak berwenang Suriah telah setuju untuk memberi Rusia tambahan tanah dan perairan pesisir untuk memperluas pangkalan udara militernya di Hmeimim.
Di sisi lain, AS dan para pendukung oposisi Suriah mengatakan, serangan udara Rusia di wilayah Suriah merupakan kejahatan perang yang bertanggung jawab atas jutaan pengungsi dan ribuan warga sipil.
Baik, Rusia dan Suriah menyangkal klaim tersebut sembari mengatakan serangan dilakkukan dengan memperhatikan warga sipil.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: