"Armenia harus menarik diri dari wilayah [Azerbaijan] yang didudukinya, mengakhiri kerja sama dengan organisasi teroris, dan menyingkirkan tentara bayaran dan teroris dari wilayah [Karabakh Atas]," kata Hulusi Akar dalam konferensi virtual dengan pejabat tinggi militer Turki, seperti dikutip dari
Anadolu Agency, Senin (5/10).
"Dengan menargetkan warga sipil, Armenia melakukan 'kejahatan perang' di wilayah Azerbaijan yang diduduki di Karabakh Atas, yang harus diketahui oleh semua orang," dia menggarisbawahi.
"Otoritas Armenia, yang secara terbuka menargetkan warga sipil yang tidak bersalah, pasti akan dinilai oleh hati nurani umat manusia, terutama rakyat mereka sendiri," tambahnya.
Pertempuran dimulai pada 27 September, ketika pasukan Armenia menargetkan pemukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer di Karabakh Atas, yang juga dikenal sebagai wilayah Nagorno Karabakh.
Hubungan antara kedua bekas republik Soviet itu sudah tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Berbagai resolusi PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan penyerang.
OSCE Minsk Group yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS dibentuk pada tahun 1992 untuk menemukan solusi damai untuk mengakhiri konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, disepakati pada tahun 1994.
Banyak kekuatan dunia, termasuk Rusia, Prancis, dan AS, telah mendesak gencatan senjata segera. Turki, sementara itu, mendukung hak Baku untuk membela diri.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: