Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Miris, Human Rights Watch: Ratusan Ribu Orang Di Dunia Dibelenggu Karena Kesehatan Mental

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 06 Oktober 2020, 12:58 WIB
Miris, Human Rights Watch: Ratusan Ribu Orang Di Dunia Dibelenggu Karena Kesehatan Mental
Seorang wanita di Afrika Barat dirantai ke pohon karena memiliki kondisi kesehatan mental/Net
rmol news logo Kurangnya pemahaman mengenai kondisi mental membuat banyak orang salah memberikan tindakan yang diperlukan. "Hukuman" rantai alhasil menjadi hal yang lumrah diterapkan bagi mereka yang memiliki disabilitas psikososial.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Laporan yang dirilis Human Rights Watch pada Selasa (6/10) menunjukkan, ratusan ribu orang yang terdiri dari pria, wanita, dan bahkan anak-anak yang memiliki disabilitas psikososial telah dirantai di sekitar 60 negara.

Laporan tersebut dirilis menjelang Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada Sabtu (10/10), seperti dimuat Reuters.

Di dalam laporan tersebut, Human Rights Watch mendokumentasikan hampir 800 wawancara mengenai bagaimana orang-orang dengan disabilitas psikososial di negara-negara seperti China, Nigeria, dan Meksiko memiliki hidup yang terbelenggu.

Mereka dirantai ke pohon, dikunci dalam sangkar, dan dipenjara di kandang hewan. Di satu tempat kecil itu, mereka makan, tidur, buang air kecil, dan buang air besar.

Itu semua terjadi ketika keluarga dan masyarakat sekitar tidak memiliki dukungan atau kesadaran kesehatan mental.

"Kami telah menemukan praktik belenggu lintas agama, strata sosial, kelas ekonomi, budaya dan kelompok etnis. Ini adalah praktik yang ditemukan di seluruh dunia," tutur peneliti senior hak disabilitas di Human Rights Watch, Kriti Sharma.

"Kepercayaan di banyak negara adalah bahwa orang dengan kondisi kesehatan mental telah disihir, atau dirasuki atau telah berdosa, dan akibatnya, mereka memiliki kondisi seperti ini," tambah dia.

Tahun lalu, penggerebekan pihak berwenang Nigeria di pusat rehabilitasi Islam untuk obat-obatan dan masalah perilaku menjadi berita utama global setelah adanya laporan anak-anak laki-laki dibelenggu, dibiarkan telanjang, dipukuli dan dilecehkan secara seksual.

Kondisi tersebut bukan hanya terjadi di Nigeria, melainkan juga seluruh dunia, bahkan di pusat-pusat rehabilitasi yang dikelola oleh negara sekalipun.

"Di banyak negara, layanan ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan," kata Sharma.

Seorang pria di Kenya bernama Paul mengungkapkan kisahnya yang telah dirantai selama lima tahun sehingga dia hampir tidak bisa bergerak.

"Saya tinggal di sebuah kamar kecil dengan tujuh pria. aya tidak diperbolehkan memakai pakaian, hanya pakaian dalam. Saya makan bubur di pagi hari dan jika beruntung, saya menemukan roti di malam hari," lapor Human Rights Watch mengutip Paul.

Di sisi lain, ada pula kasus keluarga membelenggu orang yang mereka cintai karena takut mereka akan melarikan diri dan menyakiti diri sendiri atau orang lain. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA