Begitu yang disampaikan oleh Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) yang merupakan Wakil Dutabesar RI untuk Rusia merangkap Belarusia, Azis Nurwahyudi dalam kuliah umum virtual kepada mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta pada Selasa (6/10).
Dalam paparannya, Azis menjelaskan perkembangan hubungan Indonesia-Rusia yang sudah terjalin jauh sebelum kemerdekaan RI. Misalnya ketika Nikolai II berkunjung ke tanah air pada 1890 dan pembukaan kantor konsulat Rusia di Batavia pada 1894 hingga 1899.
Pada era 1950 hingga 1960-an, hubungan Indonesia dan Rusia (ketika itu Uni Soviet) mencapai titik tertinggi. Presiden Soekarno dan Nikita Khruchev memiliki hubungan yang erat.
"Rusia banyak membantu Indonesia dalam pembangunan infrastruktur, penyiapan kader bangsa, dan penyediaan alutsista pada era Orde Lama di Indonesia," kata Azis, dalam keterangan tertulis
KBRI Moskow, Kamis (8/10).
Masuk era Orde Baru, hubungan Indonsia dan Rusia mulai renggang meski masih terjalin. Pecahnya Uni Soviet pada akhir 1991 sendiri juga mengubah geopolitik dunia, termasuk hubungan Indonesia dan Rusia.
Babak baru hubungan Indonesia dan Rusia muncul ketika memasuki abad ke-21 dengan ditandatanganinya Deklarasi Kerangka Kerja Sama Hubungan Persahabatan dan Kemitraan antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Vladimir Putin di Moskow pada 21 April 2003.
Seiring berjalannya waktu, Azis mengatakan, kedua negara terus berusaha menggali potensi kerja sama yang masih sangat besar.
Di bidang pendidikan, sudah banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di Rusia yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya dan sebagian besar adalah penerima beasiswa pemerintah Rusia. Sementara itu, Indonesia menjadi salah satu tujuan wisata warga Rusia. Pasar Rusia juga berpotensi besar untuk produk Indonesia, antara lain kepala sawit dan kopi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: