Persatuan Internasional untuk Cendikiawan Muslim (IUMS) menyerukan agar pemerintah, oposisi, dan perwakilan rakyat di Kyrgyzstan untuk duduk bersama dan membawa masalah ke atas meja, alih-alih saling menyerang secara fisik.
Dalam pernyataannya yang dimuat
Anadolu Agency pada Sabtu (10/10), Sekretaris Jenderal IUMS Ali Qaradaghi mengaku prihatin dengan krisis yang terjadi saat ini.
Ia pun mendesak agar para demonstran tetap melakukan aksi damai yang tidak diwarnai vandalisme untuk menjaga kemerdekaan dan kedaylatan Kyrgyzstan. Pasalnya, ia khawatir jika kondisi semakin buruk, maka akan muncul intervensi asing.
Pernyataan Qaradaghi sendiri muncul beberapa hari setelah pengunduran diri Perdana Menteri Kubatbek Boronov dan Ketua Parlemen Dastan Jumabekov.
Keduanya mengundurkan diri pada Selasa (6/10) untuk menanggapi tuntutan dari para demonstran yang protes atas hasil pemilihan umum legislatif yang digelar pada Minggu (4/10).
Dalam pemilu akhir pekan, ada 16 partai yang memperebutkan 120 kursi di parlemen, namun empat di antaranya tidak berhasil melewati ambang batas.
Menolak hasil, ribuan orang turun ke jalan. Mereka dilaporkan merangsek masuk dan menyita Gedung Putih Bishkek, yang merupakan kantor parlemen dan kantor kepresidenan. Mereka bahkan membakar gedung tersebut sembari terus menyuarakan tuntutan.
Aksi protes juga diwarnai oleh bentrokan antara para demonstran dan aparat keamanan yang menyebabkan satu orang meninggal dunia dan 590 lainnya terluka.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.