Pernyataan Kepala IAEA, Rafael Grossi kepada surat kabar Australia,
Die Presse yang dirilis pada Sabtu (10/10) memperkuat klaim Teheran bahwa pihaknya tidak pernah menggunakan uranium untuk membangun senjata nuklir.
Meski begitu, Grossi menyebut, saat ini Iran terus memperkaya uraniumnya, bahkan jauh lebih tinggi dari yang mereka janjikan.
"Iran terus memperkaya uranium, dan ke tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang telah mereka janjikan. Jumlah ini terus bertambah setiap bulannya," kata Grossi yang dikutip dari
Reuters.
Ditanya berapa lama waktu bagi Iran untuk membangun senjata nuklir, Grossi menjawab walaupun jumlah uranium atau plutonium Iran terseus diperkaya, namun jumlahnya tidak signifikan untuk membuat senjata tersebut.
"Kami melihat kuantitas yang signifikan, jumlah minimum uranium atau plutonium yang diperkaya yang diperlukan untuk membuat bom atom. Iran tidak memiliki jumlah signifikan ini saat ini," jelasnya.
Selama ini, Iran telah menyangkal memiliki program senjata nuklir. Teheran bersikeras menyatakan bahwa program uraniumnya untuk tujuan energi.
Laporan triwulanan IAEA terbaru menunjukkan, Iran memiliki 2.105,4 kg uranium yang diperkaya, jauh di atas batas 202,8 kg dalam kesepakatan 2015. Walau begitu, banyak dari uranium yang diperkayanya sudah dimiliki Iran sebelum kesepakatan.
Setelah Amerika Serikat (AS) keluar dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 2015, Iran yang kecewa mulai berangsur memperkaya uraniumnya kembali.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: