Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Usaha Lukashenko Dekati Tokoh Oposisi, Puluhan Demonstran Belarusia Tetap Lakukan Unjuk Rasa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 12 Oktober 2020, 06:26 WIB
Di Tengah Usaha Lukashenko Dekati Tokoh Oposisi, Puluhan Demonstran Belarusia Tetap Lakukan Unjuk Rasa
Presiden Lukashenko/Net
rmol news logo Pendukung oposisi Belarusia kembali melakukan unjuk rasa di ibu kota Minsk pada Minggu (11/10) waktu setempat, di tengah usaha Alexandr Lukashenko meningkatkan harapan untuk perubahan dengan bertemu tokoh-tokoh oposisi yang saat ini dipenjara.

Mencegah protes semakin meluas, polisi anti huru hara kemudian dengan cepat menahan puluhan orang yang ikut dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Sejumlah besar polisi berpakaian hitam, pasukan internal dan orang-orang berpakaian preman muncul dari minibus tanpa tanda dan berlari ke arah pengunjuk rasa di ibu kota Minsk, menarik beberapa orang dan menjatuhkan mereka ke tanah, demikian menurut rekaman saksi di situs berita independen.

Kelompok hak asasi Viasna, yang memantau penahanan pada protes politik tersebut, mengatakan setidaknya 39 orang telah ditahan di Minsk serta sekitar selusin lainnya di kota-kota lain.

Di antara mereka yang ditahan adalah jurnalis dari kantor berita negara TASS Rusia, meskipun mereka kemudian dibebaskan, seperti dilaporkan kantor berita itu.

Para pengunjuk rasa berkumpul setiap akhir pekan sejak Lukashenko mengklaim kemenangan dalam pemilihan 9 Agustus atas kandidat oposisi populer, Svetlana Tikhanovskaya, yang mengklaim sebagai pemenang sebenarnya.

Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menolak untuk mengakui pelantikan Lukashenko untuk masa jabatan keenam kalinya, dengan mengatakan pemungutan suara itu tidak bebas dan adil serta mengutuk dugaan pelecehan dan penyiksaan terhadap pengunjuk rasa yang ditahan.

Amerika Serikat dan UE telah menghantam Belarus dengan sanksi karena diduga mencurangi pemungutan suara dan mengatur tindakan keras terhadap pengunjuk rasa, menargetkan pejabat penting - tetapi tidak kepada Lukashenko sendiri.

Para pengunjuk rasa keluar dengan payung pada suatu sore yang hujan untuk mengikuti serangkaian protes massa yang mendesak Lukashenko untuk mundur, yang disebut 'March of Pride', seperti dikutip dari AFP, MInggu (11/10).

Itu terjadi setelah pemimpin otoriter berusia 66 tahun yang berkuasa sejak 1994, pada Sabtu (10/10) mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengunjungi sekelompok politisi oposisi yang baru-baru ini dipenjara. Kunjungannya yang secara resmi itu adalah untuk membahas rencananya tentang  reformasi konstitusi.

Pihak oposisi memuji ini sebagai tanda bahwa Lukashenko merasakan kelemahannya dan sedang mencari kompromi dengan gerakan protes.

Pihak berwenang pada Minggu (11/10) memerintahkan pengurangan layanan internet seluler dan mengirim kendaraan militer ke pusat ibu kota Minsk.

Beberapa ribu pengunjuk rasa menghindari polisi yang menutup jalan-jalan utama untuk mencegah barisan demonstran mencapai pusat kota.

Polisi menggunakan granat kejut dan meriam air, selain menyemprotkan air biasa mereka juga menyemprotkan air berwarna ke arah para demonstran.

Beberapa dari mereka yang ditahan dibungkus dengan bendera protes merah-putih, seperti terlihat dalam rekaman yang diposting oleh situs berita Tut.by. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA