Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tanggapi Pernyataan Macron Soal Separatisme, Sekjen Liga Muslim Dunia: Ekstremis Telah Merusak Reputasi Islam

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 12 Oktober 2020, 16:36 WIB
Tanggapi Pernyataan Macron Soal Separatisme, Sekjen Liga Muslim Dunia: Ekstremis Telah Merusak Reputasi Islam
Sheikh Mohammed bin Abdul Karim Al-Issa/Net
rmol news logo Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron soal rencananya untuk melakukan perang terhadap apa yang disebutnya 'separatisme Islam' di negaranya telah mendapat tanggapan luas dari dunia Muslim.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kali ini tanggapan datang dari Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL)  Sheikh Mohammed bin Abdul Karim Al-Issa.

Dalam pidatonya awal bulan ini, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan undang-undang baru dan akan membela nilai-nilai sekuler Prancis untuk melawan radikalisme Islam. Macron juga mengatakan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia.

Ditanya tentang isi pidato Macron, Sheikh Mohammed bin Abdul Karim Al- Issa mengatakan bahwa ekstremis telah merusak reputasi Islam.

“Ada orang yang secara salah dianggap Muslim,” kata Al-Issa dalam sebuah wawancara di televisi MBC, seperti dikutip dari Arab News, Senin (12/10).

“Ini telah merusak reputasi Islam dengan radikalisme dan ekstremisme mereka - dan terkadang, kekerasan mereka, termasuk terorisme mereka.

"Ini sama sekali tidak mewakili Islam, dan jika kita membelanya - baik secara langsung atau tidak langsung, (itu berarti) kita persis seperti mereka," ungkapnya.

Ketika ditanya tentang referensi Macron tentang separatisme dan isolasionisme, Al-Issa mengatakan ekstremis dan teroris adalah yang pertama mengisolasi diri mereka dari masyarakat Islam.

Dia mengatakan Deklarasi Makkah 2019, yang ditandatangani oleh ribuan ulama dan sarjana Musl dari seluruh dunia, menekankan perlunya menghormati konstitusi, hukum, dan budaya negara.

Deklarasi tersebut menyerukan anti-ekstremisme, keragaman agama dan budaya, serta undang-undang yang melarang kebencian dan kekerasan.

Al-Issa sebelumnya mengatakan bahwa itu adalah 'misi' untuk menghapus ideologi ekstremis dan dia telah mempelopori upaya untuk mengatasi radikalisasi.

Dalam pidatonya, Macron mengatakan Prancis akan berusaha untuk 'membebaskan' Islam di Prancis dari pengaruh asing.

Dia sebelumnya mengecam 'politik Islam' pada bulan Februari dan memilih Ikhwanul Muslimin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA