Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Berisiko Tapi Ampuh, Inggris Mungkin Harus Tiru Cara Israel Berlakukan Penguncian Covid-19

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 14 Oktober 2020, 06:46 WIB
Berisiko Tapi Ampuh, Inggris Mungkin Harus Tiru Cara Israel Berlakukan Penguncian Covid-19
Israel saat Lockdown/Net
rmol news logo Setiap negara memiliki cara yang berbeda dalam penanganan penyebaran virus corona. Inggris misalnya, lebih memilih untuk memperbanyak tes Covid-19 dan pelacakan kontak tetapi mengabaikan penguncian. Sebaliknya, Israel meyakini menguncian ketat secara nasional bisa menekan resiko penularan Covid-19. 
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Israel memang memikih cara yang tidak populer untuk membendung jumlah infeksi virus yang terus meningkat. Negara berpenduduk 9 juta itu, kurang dari 15 persen dari populasi Inggris, melakukan penguncian untuk kedua kalinya. Para pejabat Israel berpendapat, saat ini sangat penting untuk menghentikan infeksi atau berisiko membebani rumah sakit dengan lonjakan pasien.

Israel memiliki alasan sendiri. Penguncian memang bisa menekan penyebaran virus, tetapi penguncian kedua ini akan membuat ekonomi negara itu terguncang. Banyak yang menentang keputusan itu tetapi otoritas tetap memberlakukannya.

Minggu ini, warga Israel telah membagikan video tentang pemilik toko sepatu di Tel Aviv yang melemparkan kotak sepatu ke trotoar agar orang-orang dapat mengambilnya secara gratis. Dia sangat putus asa karena penguncian telah membuatnya bangkrut.

“Jika saya akan kehilangan segalanya, setidaknya orang lain harus mendapatkan keuntungan,” ujar pemilik toko, seperti dikutip dari Time of Israel, Selasa (13/10).

Ratusan pemilik bisnis lainnya mengancam akan mulai mengabaikan penguncian sambil mempertanyakan seberapa efektifnya penguncian kedua ini. Kemarahan publik pun meningkat, sampai-sampai seruan agar Benjamin Netanyahu mengundurkan diri mulai terdengar. Tuduhan 'lalai' dan 'korupsi' mulai diserukan.

Bila di Israel massa berunjuk rasa karena menentang penguncian, Di Inggris yang sebaliknya terjadi. Pada Selasa (13/10), terungkap bahwa komite ahli Sage Inggris pernah mendesak agar para menteri memberlakukan penguncian untuk memutus mata rantai penularan.

Ketika masyarakat meminta penguncian, pemerintah Inggris justru tidak menginginkan hal itu. Inggris lebih meyakini pelacakan kontak lebih cepat membawa hasil sambil menjaga jarak.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pernah mengatakan cara terbaik yang dipilih saat ini adalah hidup berdampingan dengan virus.

"Dengan demikian, cara yang dapat dilakukan selama menunggu penemuan vaksin Covid-19 adalah hidup berdampingan dengan virus corona dan tetap dapat mengendalikannya," ujar Boris Johnson, sambil menyebut langkah yang sama juga dilakukan saat dunia diserang wabah kolera, SARS, dan HIV AIDS.

Hal yang sebenarnya, Inggris justru membutuhkan kebijakan penguncian karena kasus baru semakin meningkat. Infeksi kian tidak terkendali. Pada akhir September, para pejabat melaporkan bahwa ada sekitar 5.000 kasus baru setiap hari, merupakan tingkat infeksi harian tertinggi per kapita di dunia.

Dalam catatan worldometers per Selasa (13/10), Inggris berada dalam urutan ke-12 sebagai negara dengan angka kasus Covid-19 tertinggi dunia, sementara Israel berada pada urutan ke-24.

Tingkat infeksi di Israel pada akhirnya menurun. Kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona memang tidak cukup hanya dengan penguncian saja. Namun setidaknya penguncian adalah cara paling aman selagi masyarakatnya bisa ikut mensukseskan cara tersebut.

“Saya tidak pernah berpikir bahwa penguncian adalah solusi yang sehat. Tapi kami mencapai tingkat morbiditas di mana kami tidak punya pilihan," kata Tal Brosh, koordinator tim kementerian kesehatan Israel untuk penanganan pandemi, kepada radio pemerintah pada Selasa (13/10).

Setelah empat minggu penguncian, pejabat kesehatan melaporkan adanya tren penurunan kasus walau tingkat infeksi masih belum mencapai tingkat yang nyaman bagi pemerintah. Saat ini, pemerintah sedang mempertimbangkan pembukaan kembali secara bertahap mulai pekan depan akibat desakan masyarakat.

Brosh mengatakan tingkat infeksi dapat kembali melonjak jika penguncian dibuka  terlalu cepat, sehingga membuyarkan hasil yang sudah dapat dari penguncian selama ini.

“Ini seperti mencoba menghentikan truk besar yang meluncur menuruni bukit. Kita harus melihat seberapa cepat dan juga ukurannya. Lebih mudah menghentikan truk kecil daripada truk besar,” kata Brosh.

“Jadi meskipun situasinya membaik, jika kita mengambil langkah apa pun sekarang, dan kemudian langkah-langkah ini menyebabkan lonjakan infeksi, kita akan kembali ke 8.000 kasus sehari,” katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA