Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Guru Sejarah Prancis Dipenggal Di Depan Sekolah Setelah Bahas Karikatur Nabi Muhammad Di Kelasnya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 17 Oktober 2020, 09:59 WIB
Guru Sejarah Prancis Dipenggal Di Depan Sekolah Setelah Bahas Karikatur Nabi Muhammad Di Kelasnya
Presiden Emmanuel Macron/Net
rmol news logo Sebuah kejadian teror mengerikan terjadi di pinggiran Kota Paris. Seorang pria bersenjata pisau dilaporkan memenggal kepala seorang guru sejarah di depan sekolahnya pada Jumat (16/10) waktu setempat.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Presiden Emmanuel Macron langsung bereaksi tehadap kejadian mengerikan itu dengan menyebutnya sebagai 'serangan teroris Islam'. Penyerang sendiri berhasil ditembak mati oleh polisi.

Menurut laporan dari sumber media dan polisi, guru tersebut baru-baru ini membahas tentang karikatur Nabi Muhammad di kelas.

Jaksa anti-teror Prancis mengatakan sedang menyelidiki serangan fatal yang terjadi di Conflans-Sainte-Honorine itu, sebuah wilayah di pinggiran barat laut Paris.

Presiden Emmanuel Macron langsung menuju ke lokasi kejadian setelah pertemuan darurat di kementerian dalam negeri Prancis. Menggunakan istilah 'serangan teroris Islam' dia langsung mengecam kejadian mengerikan tersebut dan mengatakan seluruh negara berdiri bersatu di belakang guru-gurunya.

"Seorang warga negara dibunuh hari ini karena dia seorang guru dan karena dia mengajarkan kebebasan berekspresi," kata Macron di dekat sekolah tempat guru itu dibunuh, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (17/10).

"Teroris tidak akan memecah belah Prancis, obskurantisme tidak akan menang," tambah Macron.

Penyerang yang belum diketahui identitasnya itu ditembak oleh polisi ketika mereka mencoba menangkapnya dan kemudian meninggal karena luka-lukanya.

Polisi mengatakan saksi telah mendengar dia berteriak "Allahu Akbar", atau "Tuhan Maha Besar" saat kejadian tersebut.

Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer mengatakan di akun Twitter pribadinya bahwa pembunuhan mengerikan itu adalah serangan terhadap bangsa Prancis secara keseluruhan.

"Persatuan kami dan tekad kami adalah satu-satunya tanggapan yang dihadapi dengan monstrositas terorisme Islam," tulis menteri itu.

Dilaporkan dari lokasi serangan, reporter France 24 Julia Kim mengatakan bahwa guru tersebut baru-baru ini memberikan kelas tentang sekularisme dan kontroversi seputar penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh majalah satir Charlie Hebdo.

"Guru tersebut dilaporkan meminta murid-murid Muslimnya untuk meninggalkan ruangan karena dia akan menunjukkan beberapa kartun Nabi Muhammad yang bisa menyebabkan pelanggaran," kata Kim, seraya menambahkan bahwa ini telah membuat marah beberapa orang tua.

Bulan lalu, seorang pria Pakistan berusia 25 tahun menyerang dua orang dengan pisau daging atas kartun Charlie Hebdo, yang oleh umat Islam dianggap menghujat.

Penyerang itu melukai dua karyawan sebuah agensi produksi TV yang kantornya berada di blok yang sama yang digunakan untuk menampung mingguan satir hingga terluka parah. Beruntung saat itu keduanya selamat.

Serangan itu terjadi tiga minggu setelah persidangan yang sedang berlangsung terhadap tersangka kaki tangan penulis serangan Januari 2015 di Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi, yang juga melihat seorang polisi wanita ditembak mati di jalan.

Al Qaeda, kelompok militan Islam yang mengaku bertanggung jawab atas serangan 2015, mengancam akan menyerang Charlie Hebdo lagi setelah menerbitkan ulang kartun tersebut pada awal persidangan.

Majalah itu mengatakan bulan lalu menerbitkan kartun-kartun itu untuk menegaskan haknya atas kebebasan berekspresi, dan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak akan dibungkam oleh serangan kekerasan.

Pendirian itu sendiri didukung oleh banyak politisi dan tokoh masyarakat Prancis terkemuka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA