Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

AS Kembali Ganggu China, Guncang Tibet Dengan Tunjuk Utusan HAM Robert Destro

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 17 Oktober 2020, 12:56 WIB
AS Kembali Ganggu China, Guncang Tibet Dengan Tunjuk Utusan HAM Robert Destro
Robert Destro, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Perburuhan/Net
rmol news logo Ketegangan antara China dan Amerika Serikat sepertinya belum akan menemui titik akhir. Terbaru, China menuduh AS berusaha mengguncang Tibet, setelah pemerintahan Trump menunjuk seorang pejabat senior hak asasi manusia sebagai koordinator khusus untuk mengurusi masalah-masalah Tibet.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan pada hari Rabu (14/10) bahwa Robert Destro, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Perburuhan, akan mengambil posisi tambahan yang telah kosong sejak dimulainya masa jabatan Presiden Donald Trump pada 2017.

China yang secara konsisten menolak untuk berurusan dengan koordinator AS, melihatnya sebagai campur tangan dalam urusan internalnya.

"Urusan Tibet adalah urusan dalam negeri China yang tidak memungkinkan adanya campur tangan asing," kata Zhao Lijian, juru bicara kementerian luar negeri China, seperti dikutip dari Taiwan News, Sabtu (17/10).

“Pembentukan apa yang disebut koordinator untuk masalah-masalah Tibet sepenuhnya di luar manipulasi politik untuk mencampuri urusan dalam negeri China dan mengguncang Tibet. China dengan tegas menentang itu," kata Zhao pada jumpa pers reguler.

Penunjukan itu dilakukan pada saat hubungan AS-China tenggelam ke titik terendah dalam beberapa dekade karena berbagai masalah, termasuk perdagangan, Taiwan, hak asasi manusia, Laut China Selatan, dan virus corona.

"Destro akan memimpin upaya AS untuk mempromosikan dialog antara Republik Rakyat China dan Dalai Lama atau perwakilannya; melindungi identitas agama, budaya, dan bahasa orang Tibet yang unik; dan mendesak agar hak asasi mereka dihormati," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan.

China menguasai Tibet pada tahun 1950 dalam apa yang digambarkannya sebagai 'pembebasan damai' yang membantu wilayah Himalaya yang terpencil membuang masa lalu 'feodal' nya.

"Orang-orang dari semua kelompok etnis di Tibet adalah bagian dari keluarga besar bangsa China, dan sejak pembebasan damai, Tibet telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang makmur," kata Zhao.

Setiap orang di Tibet menikmati kebebasan beragama dan hak-hak mereka dihormati sepenuhnya, tambahnya.

Namun para kritikus, yang dipimpin oleh pemimpin spiritual yang diasingkan, Dalai Lama, mengatakan aturan Beijing sama dengan 'genosida budaya'.

Pada Juli, Pompeo mengatakan Amerika Serikat akan membatasi visa untuk beberapa pejabat China yang terlibat dalam memblokir akses diplomatik ke Tibet dan terlibat dalam 'pelanggaran hak asasi manusia', menambahkan bahwa Washington mendukung otonomi untuk Tibet.

Meski begitu, Trump - tidak seperti pendahulunya Barack Obama - Ia belum pernah bertemu Dalai Lama selama masa kepresidenannya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA