Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Potensi Perang Dua China Meningkat, Indonesia Pertahankan Posisi Di Tengah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 19 Oktober 2020, 09:08 WIB
Potensi Perang Dua China Meningkat, Indonesia Pertahankan Posisi Di Tengah
Peta Selat Taiwan yang memisahkan China daratan dan pulau Taiwan/Net
rmol news logo Situasi Selat Taiwan memanas dalam beberapa waktu terakhir, khususnya setelah Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokrat terpilih kembali untuk masa jabatan kedua pada Januari tahun ini.

Ketegangan antara China daratan dan Taiwan juga meningkat seiring dengan perselisihan antara Beijing dan Washington, khususnya dalam hal pandemi Covid-19.

China mengakui Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Sementara Amerika Serikat (AS) yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, memberikan kontribusi pertahanan pada pulau tersebut.

Melihat situasi yang terjadi saat ini, ditambah dengan meningkatnya kehadiran Tentara Pembebasan Rakyat di pantai tenggara China, serta upaya peningkatan kekuatan oleh Taiwan, kemungkinan adanya perang terbuka semakin meningkat.

Dalam hal ini, Indonesia yang bermitra dengan pihak-pihak bertikai, memiliki posisi dan pandangan tersendiri.

"Sejauh yang bisa saya amati, sikap pemerintah Indonesia cukup standar dalam masalah ini, yaitu meminta pihak-pihak yang bertikai untuk menahan diri dan mengedepankan dialog," ujar dosen politik Asia Timur UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Teguh Santosa kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (19/10).

Teguh menerangkan, Indonesia memahami jika konflik antara China daratan dan Taiwan dapat dipandang sebagai perseteruan antara China dan AS.

Meskipun hal itu terjadi, ia mengatakan, Indonesia akan tetap berada di tengah dan meminta pihak-pihak yang bertikai untuk mengelola dialog damai.

Ditanya mengenai respons jika AS meminta Indonesia untuk membuka wilayah udara atau pangkalan militer guna melawan China, Teguh berpendapat Jakarta akan dengan sangat halus menolak permintaan tersebut.

"Ini tentu perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan kepentingan dengan kedua negara yang sedang bertikai. Di sisi lain, saya kira ini situasi hipotetikal yang agak jauh, karena toh AS masih memiliki banyak tempat lain di kawasan untuk dijadikan pangkalan," terangnya.
 
"Ada Vietnam yang belakangan hubungannya dengan AS semakin kuat, dan Filipina yang  seperti Vietnam juga punya masalah tradisional dengan China," imbuhnya.

Di sisi lain, Teguh mengatakan, jika perang antara China daratan dan Pulau Formosa terjadi, maka kerja sama Indonesia dan China yang tengah dibangun akan ikut terpengaruh.

"Tapi saya kira kalau pun terjadi, itu tidak akan berlangsung untuk waktu yang lama," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA