Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Reuters: Indonesia Tolak Tawaran AS Untuk Menampung Pesawat Mata-mata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 20 Oktober 2020, 17:13 WIB
<i>Reuters</i>: Indonesia Tolak Tawaran AS Untuk Menampung Pesawat Mata-mata
Seorang anggota Angkatan Laut AS berdiri di samping pesawat Boeing P-8A Poseidon di pangkalan udara militer pada 22 November 2017/Reuters
rmol news logo Indonesia dikabarkan pernah menolak tawaran dari Amerika Serikat pada tahun ini untuk memberikan mengizinkan pesawat pengawas maritim jenis P-8 Poseidon mendarat dan mengisi bahan bakar di Indonesia.

Begitu kabar yang dimuat Reuters berjudul "Exclusive: Indonesia rejected U.S. request to host spy planes-officials" pada Selasa sore (20/10). Kabar tersebut dibuat berdasarkan informasi empat orang pejabat anonim dari Indonesia yang dekat dengan informasi tersebut.

Menurut sumber tersebut, sejumlah pejabat dari Amerika Serikat melakukan pendekatan "tingkat tinggi" pada bulan Juli dan Agustus lalu kepada menteri pertahanan dan menteri luar negeri Indonesia sebelum melakukan pendekatan kepada Presiden Indonesia Joko Widodo, yang kemudian menolak permintaan tersebut.

Sumber yang sama menyebut, proposal Amerika Serikat ini cukup membuat pemerintah Indonesia terkejut. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki netralitas dalam kebijakan luar negeri dan hal itu sudah berlangsung lama. Indonesia juga merupakan negara yang tidak pernah mengizinkan militer asing untuk melakukan operasi di wilayah Indonesia.

Meski begitu, belum ada konfirmasi dari sejumlah pihak terkait mengenai kabar tersebut.

Sebagai informasi, P-8 Poseidon adalah pesawat militer yang memainkan peran sentral dalam mengawasi aktivitas militer China di Laut China Selatan. Jet yang dilengkapi dengan radar canggih, kamera high definition, dan sensor akustik ini telah memetakan pulau, permukaan, dan alam bawah laut di Laut China Selatan setidaknya selama enam tahun.

Wilayah strategis ini diklaim kedaulatannya sebagian besar oleh China dan disengketakan oleh sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik, seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei.

Indonesia sendiri sudah dengat tegas menyatakan sikap untuk tidak terjebak dalam ketegangan yang terjadi di Laut China Selatan.

"Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini," kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam sebuah wawancara di awal September lalu.

"Indonesia ingin menunjukkan bahwa kami siap menjadi partner Anda," sambungnya, seperti dimuat Reuters. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA