Pada dasarnya, Ketua Asan Institute for Policy Studies, Prof. Han Sung-Joo mengatakan, persaingan dua negara itu muncul ketika China muncul sebagai kekuatan baru, melawan kekuatan yang sudah ada, AS.
Munculnya China sebagai kekuatan baru terjadi ketika Deng Xiaoping berkuasa pada 1978 hingga 1989. Namun, setelah Xi Jinping mengambil alih kekuasaan, China semakin cepat berkembang.
"Xi Jinping tampaknya ingin segera mengubah status quo lebih cepat daripada Deng Xiaoping," ujar Han dalam webinar bertajuk
"Managing Great Power Competition: Middle Power Perspectives of Indonesia and Korea" yang digelar CSIS Indonesia pada Rabu (21/10).
"Xi ingin menunjukkan ini setelah ia terpilih sebagai presiden Republik Rakyat China (RRC) untuk kedua kalinya," sambungnya.
Setelah terpilih kembali pada 2018, Han mengatakan, Xi menjadi semakin aktif dan menjadi "tidak sabar" untuk menunjukkan kekuatan China yang membuat alarm AS serta negara-negara tetangganya menyala.
Selain Han, webinar tersebut juga menghadirkan narasumber lain, di antaranya adalah Profesor dari Universitas Yonsei, Choi Young Jin; Dewan Pengawas CSIS Foundation, Jusuf Wanandi; dan Peneliti Senior CSIS Indonesia, Dr. Lina Alexandra.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: