"Menteri Luar Negeri Michael R. Pompeo akan melakukan perjalanan ke New Delhi, India; Kolombo, Sri lanka; Male, Maladewa' Jakarta, Indonesia (pada tanggal) 25-30 Oktober," begitu bunyi pernyataan yang dimuat di situs resmi Departemen Luar Negeri AS pada Rabu (21/10).
Kunjungan Pompeo ke Indonesia menjadi tanda tanya tersendiri, mengingat kunjungan tersebut dilakukan jelang pemilu presiden AS. Di tambah lagi, kunjungan dilakukan di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai.
"Setelah Menhan Prabowo mengunjungi AS, dalam rencana Menlu AS Michael Pompeo akan datang ke Indonesia," kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana kepada redaksi
RMOL.ID (Jumat, 23/10).
"Menjadi pertanyaan di masa pandemi Covid-19 ini dan mendekatnya pelaksanaan Pemilihan Presiden di AS, mengapa para pejabat AS intens berhubungan dengan para mitranya di Indonesia?" sambungnya.
Hikmahanto menyebut, kunjungan itu kemungkinan besar terkait dengan kekhawatiran AS terhadap Indonesia yang dianggap terlalu dekat dengan China.
"Belakangan ini China sangat agresif di Laut China Selatan. Bahkan dengan kekuatan ekonominya dan penemuan vaksin telah mengembangkan pengaruh di negara-negara kawasan," jelas Hikmahanto.
"Agresifitas ekonomi China bahkan menurut buku putih Departemen Pertahanan AS yang memungkinkan China meminta sejumlah negara untuk membangun pangkalan militer, termasuk Indonesia," sambungnya.
Lebih lanjut Hikmahanto menambahkan, AS tentunya juga berharap Indonesia berada di belakang AS.
"Permintaan AS untuk mendaratkan pesawat tempur mata- mata dapat diartikan demikian," ujarnya.
"Disinilah pentingnya pengambil kebijakan di Indonesia untuk menjaga politik luar negeri bebas aktif baik terhadap China, AS, maupun negara manapun," tutup Hikmahanto.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: