Dilaporkan
Yonhap pada Jumat (23/10), Layanan Forensik Nasional telah melakukan autopsi pada beberapa orang yang meninggal sebagai bagian dari penyelidikan yang dilakukan pemerintah terkait vaksinasi influenza secara massal.
Mengutip polisi, kantor berita Korea Selatan itu mengungkap, badan forensik menetapkan tidak ada keterkaitan antara vaksinasi influenza dengan kematian remaja 17 tahun itu.
Remaja itu merupakan kasus pertama yang dilaporkan meninggal setelah mendapatkan vaksin influenza. Sebelumnya, pemerintah telah menggelar program vaksinasi influenza secara massal terhadap sekitar 30 juta dari 52 juta populasi untuk mencegah adanya gelombang Covid-19 dengan gejala parah.
Sejauh ini, setidaknya sudah ada 25 kematian yang diduga terkait dengan vaksinasi influenza. Dari 25 kasus, 22 di antaranya mendapatkan suntikan vaksin influenza gratis pemerintah.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menuturkan setidaknnya tujuh dari sembilan orang yang diselidiki saat ini memiliki kondisi yang mendasarinya.
Fenomena itu pun membuat para dokter dan politisi mendesak pemerintah untuk menghentikan program tersebut. Namun pada Kamis (22/10), otoritas kesehatan telah menolak untuk menangguhkannya.
Hingga berita ini dirilis, Layanan Forensik Nasional belum memberikan informasi lebih lanjut.
Pemerintah sendiri mendapatkan vaksin influenza dari perusahaan domestik seperti GC Pharma, SK Bioscience, Korea Vaccine dan Boryung Biopharma, sebuah unit dari Boryung Pharm, bersama dengan Sanofi Prancis.
Dari 25 kematian, 10 di antaranya menerima produk vaksin dari SK Bioscience, masing-masing lima dari Boryung dan GC Pharma, empat dari Sanofi dan satu dari Korea Vaccine.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: