Penjaga keamanan ibukota yang berusaha membubarkan aksi membawa tiga pengunjuk rasa ke dalam truk pickup.
Protes yang terjadi pada Jumat (23/10) itu dilakukan oleh warga yang menolak rencana peningkatan kehadiran militer China di sana.
"Kami menolak kehadiran militer China di Kamboja," teriak seorang pengunjuk rasa sembari mengibarkan bendera Kamboja, seperti dikutip
Reuters.
Ketika, itu, seorang petugas polisi memberikan pengumuman kepada kerumuman, mereka memberikan waktu lima menit agar para pengujuk rasa bubar.
Menurut saksi mata
Reuters, petugas polisi di tempat kejadian mendesak wartawan untuk menghapus gambar dan video bentrokan yang terjadi.
Aksi protes yang terjadi pada Jumat merupakan bagian dari unjuk rasa yang digelar oleh oposisi, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP).
Mantan wakil presiden CNRP, Mu Sochua mengatakan, aksi itu menandai peringatan 29 tahun Perjanjian Perdamaian Paris yang mengakhiri perang saudara Kamboja.
Sementara itu, pemerintah Kamboja berulang kali membantah laporan Phnom Penh dan Beijing telah mencapai kesepakatan rahasia untuk menempatkan pasukan China di Pangkalan Angkatan Laut Ream.
Pemerintah berdalih, menampung pasukan asing akan bertentangan dengan konstitusi Kamboja.
Juru bicara kepolisian Phnom Penh, San Sok Seyha mengatakan mereka yang ditahan telah dibawa untuk diinterogasi karena aksi unjuk rasa belum diberi izin.
“Kami perlu melindungi kedutaan dan menjaga ketertiban umum bagi semua orang,†katanya.
Kamboja, yang merupakan salah satu negara termiskin di Asia, telah menjadi sekutu penting China dalam beberapa tahun terakhir dan dituduh memberikan pengaruh kepada Beijing sebagai imbalan atas dukungan ekonomi. Namun Kamboja bersikeras kebijakan luar negeri dan keamanannya independen.
Sejauh ini, Kedutaan China belum memberikan komentar.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: