Dilaporkan
Reuters, para pengunjuk rasa semakin menjadi setelah Prayut mengabaikan tenggat waktu yang diberikan untuk mengundurkan diri, yaitu Sabtu (24/10) pukul 10 malam waktu setempat.
Prayut sendiri mengatakan, setelah melakukan doa, ia memutuskan untuk tidak akan mundur. Alih-alih menyerukan agar para pengunjuk rasa menghentikan protes selama berbulan-bulan itu.
"Saya mendorong semua orang untuk berdamai dan membantu memecahkan masalah bersama," seru Prayut.
Setelah tenggat waktu berakhir, sebuah kelompok pengunjuk rasa menyerukan aksi tanggapan pada Minggu yang diikuti oleh kelompok-kelompok lain.
Sebuah kelompok telah berencana untuk melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Jerman di Bangkok, mengingat Raja Maha Vajiralongkorn lebih banyak menghabiskan waktu di negara itu.
Tuntutan para pengunjuk rasa sendiri masih sama, yaitu pengunduran diri Prayut, amandemen konstitusi, dan reformasi monarki.
"Prayut adalah masalahnya. Rintangan pertama yang perlu kita singkirkan," ujar seorang pemimpin aksi, Jatupat Boonpattararaksa alias Pad.
Aksi unjuk rasa di Thailand sudah berlangsung sejak Juli. Menurut para pengunjuk rasa, Prayut yang pertama kali mengambil alih kekuasaan dalam kudeta pada 2014 telah merekayasa pemilu tahun lalu.
Untuk menanggapi aksi protes terhadap dirinya, Prayut sudah menyerukan sesi darurat di parlemen.
Di sisi lain, kerajaan sendiri tidak begitu memberikan banyak respons atas berbagai aksi unjuk rasa yang terjadi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: