Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Analis Politik AS: Tanpa Indonesia Amerika Tidak Bisa Menahan China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 26 Oktober 2020, 05:52 WIB
Analis Politik AS: Tanpa Indonesia Amerika Tidak Bisa Menahan China
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo/Net
rmol news logo Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sedang dalam tur empat negara di Indo-Pasifik minggu ini yang akan membawanya ke India, Sri Lanka, Maladewa, dan Indonesia.

Misi ini mewakili dorongan paling tegas dari upaya Amerika untuk 'menahan' China di ruang trans-regional, yang membentuk kebijakan tidak resmi AS.

Tujuan pertama Pompeo adalah India, di mana dia bersama Menteri Pertahanan AS Mark Esper akan bergabung dengan rekan-rekan mereka untuk Dialog Kementerian 2+2 tahunan AS-India yang ketiga.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan pembicaraan akan ditujukan untuk memajukan kemitraan strategis AS-India dan memperluas kerja sama keamanan

BECA akan memungkinkan India menggunakan kemampuan geospasial AS,  sementara Nota Kesepakatan Pertukaran Logistik (LEMOA) sebelumnya dan Perjanjian Kemampuan dan Keamanan Komunikasi (COMCASA) memfasilitasi kerjasama logistik dan komunikasi militer. Ketiganya meningkatkan interoperabilitas antara angkatan bersenjata mereka.

Meskipun Pompeo  akan meninggalkan India dengan kemajuan penting yang sedang dibuat di bidang ini, dia tidak mungkin menunjukkan banyak hal untuk kunjungannya ke tiga negara lainnya. Perjalanan ini diperkirakan tidak akan berhasil dengan tujuan strategis yang tidak tersurat namun sangat tersirat.

Saat tiba di Sri Lanka, Pompeo diharapkan akan membahas hibah Millennium Challenge Corporation senilai 480 juta dolar AS yang direncanakan Amerika untuk ditawarkan kepada negara pulau itu. Mungkin juga akan ada pembicaraan tentang Status Perjanjian Pasukan (SOFA) baru juga. Kedua topik tersebut sangat kontroversial dalam masyarakat Sri Lanka karena kekhawatiran bahwa mereka akan mempersulit negara tersebut untuk mempertahankan kebijakan luar negerinya yang netral.

Adapun rencana perjalanannya di Maladewa, Pompeo mungkin akan merayakan pakta pertahanan yang diraih kedua negara pada bulan September. Dia juga akan mencoba menggunakan sarana ekonomi untuk memikat negara itu lebih dekat ke AS, seperti yang akan dia coba lakukan di Sri Lanka.

Analis politik Amerika yang tinggal di Moskow Andrew Korybko dalam opininya yang dimuat CGTN pada Minggu (25/10) mengatakan bahwa, perjalanan Pompeo ke Indonesia akan menjadi yang paling menarik untuk diamati, setelah baru-baru ini Indonesia menolak permintaan AS untuk menjadi tuan rumah pesawat mata-mata yang berencana untuk mengawasi posisi China di Laut China Selatan.  

"Oleh karena itu, tugas Pompeo adalah memperbaiki hubungan dengan negara Indonesia yang selama ini dikenal tidak memihak blok manapun," ujar Andrew Korybko.

Secara keseluruhan, ada tiga tren yang menghubungkan keempat kunjungan tersebut, yang paling jelas adalah komponen militer, menurut Korybko.
"Penjangkauan terkait ke India, dan Maladewa telah berhasil, sedangkan mereka terhenti di Sri Lanka dan gagal di Indonesia." 

Tren lainnya adalah upaya AS untuk meningkatkan posisi India sebagai 'penyeimbang' regional bagi China, yang berarti mendukung aspirasi hegemoni di Samudera Hindia.

"Ini bisa menjadi bumerang jika mereka menekan terlalu keras di Sri Lanka dan Maladewa yang berdekatan, yang kemudian mungkin berusaha untuk lebih meningkatkan hubungan ekonomi mereka dengan China sebagai penyeimbang. Terakhir, AS ingin Indonesia bergabung dengan Quad," tulis Korybko.
Dari wawasan strategis ini, pengamatan yang menarik dapat dilakukan tentang arah yang berbeda secara diametral dari India dan Indonesia.
"Sementara India dengan antusias mengikuti AS mendestabilisasi rencana dengan harapan yang salah bahwa hal itu akan meningkatkan kedudukan regionalnya. Sementara Indonesia, dengan hormat menolak untuk melakukannya. Indonesia lebih memilih untuk tetap berhubungan baik dengan AS dan China," urai Korybko.
Mengingat lokasi geostrategis dan ukurannya yang sangat besar, maka dapat dikatakan bahwa pilihan masing-masing akan meninggalkan dampak yang abadi pada geopolitik Indo-Pasifik, yang akan mempengaruhi apakah negara lain akan mengikuti jejak mereka.

Korybko menilai, Model Indonesia secara obyektif paling menarik untuk semua orang.

"Ini benar-benar mewujudkan prinsip saling menguntungkan dari kerja sama ini tanpa menimbulkan kekhawatiran bagi negara ketiga mana pun, tidak seperti kedekatan India yang tumbuh dengan AS dengan cara yang sangat menyiratkan niat bermusuhannya untuk 'menahan' China," ujar Korybko.
Dengan begitu, jelas  dapat dikatakan bahwa misi 'penahanan' anti-China Pompeo akan gagal.

"Meskipun dia akan mencetak beberapa kesuksesan nyata di  India, itu sudah bisa diduga, tetapi dia gagal memasukkan Indonesia ke dalam Quad yang akan menentukan warisan perjalanan ini. Tanpa Indonesia di pihak AS, mustahil untuk 'menahan' China," tutup Korybko. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA