Mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri,
Saudi Press Agency (SPA) pada Selasa (27/10) memuat, Kerajaan Arab Saudi menolak segala upaya untuk menghubungkan Islam dengan terorisme.
"(Arab Saudi) menyerukan kebebasan berpikir dan budaya menjadi suar yang memancarkan rasa hormat, toleransi, dan perdamaian," lapor SPA.
"(Arab Saudi) menolak semua praktik dan tindakan yang menimbulkan kebencian, kekerasan, dan ekstremisme serta melanggar nilai-nilai hidup berdampingan dan saling menghormati di antara orang-orang di dunia," lanjut kantor media kerajaan itu.
Sebelum Arab Saudi, sejumlah negara termasuk Turki, Iran, dan Qatar mengeluarkan pernyataan serupa terkait dengan munculnya kartun Nabi Muhammad SAW oleh media Prancis, Charlie Hebdo.
Sebelumnya, badan keagamaan tertinggi Arab Saudi menyatakan bahwa menghina nabi hanya menyebarkan kebencian di antara masyarakat.
"Tugas orang bijak di seluruh dunia adalah mengutuk penghinaan semacam itu yang tidak ada hubungannya dengan kebebasan berpikir dan berekspresi," ujar dewan pada Minggu (25/10).
Pernyataan Kerajaan Arab Saudi muncul di tengah meningkatnya kontroversi setelah pembunuhan seorang guru di Prancis, Samuel Patty usai ia mempertunjukan kartun nabi selama kelas tentang kebebasan berekspresi.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyebut pembunuhan itu sebagai serangan tertoris Islam dan ia menyebut Islam sebagai agama dalam krisis.
Pekan ini, Macron mengunggah pernyataan dalam bahasa Arab bahwa Prancis tidak akan menyerah untuk melawan ujaran kebencian.
Sebagai tanggapan, beberapa negara Arab, termasuk Kuwait dan Yordania mendesak warganya untuk memboikot produk Prancis.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: