Meski begitu, bila dilihat lebih dekat dari sisi yang lain, tidak berlebihan menilai Trump sebagai sosok yang cukup berhasil menyampaikan gagasan kepada publik.
"Trump di mata saya tidak begitu berbahaya. Bahwa dia bad mouthing, bahwa dia begitu banyak mengeluarkan pernyataan personal lewat sosial media dan bahkan menyalahi protokol, iya. Namun dia bukan sosok yang berbahaya," kata pengamat politik internasional Teguh Santosa dalam diskusi virtual bertajuk "Pemilu AS dan Masa Depan Politik Global" yang diselenggarakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada Sabtu malam (31/10).
Menurut Teguh, gaya komunikasi publik Trump sebagai presiden negara adikuasa tidak lepas dari latar belakangnya sebagai pebisnis.
"Dia tahu bahwa saat ini dia sedang 'menjual' gagasan tertentu kepada kelompok masyarakat pemilih yang dia yakin sedang membutuhkan gagasan itu,†sambungnya.
Di arena pergaulan internasional, Trump juga memperlihatkan pendekatan yang tidak biasa.
"Contohnya dengan Korea Utara. Dia pernah menyebut (Pemimpin Korea Utara) Kim Jong Un sebagai 'rocket man'. Namun kemudian dia bisa berbalik menjadi teman baik Kim Jong Un," ujarnya.
“Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa ada presiden Amerika Serikat yang berteman baik dengan pemimpin Korea Utara bahkan sampai menginjakkan kaki di Korea Utara," sambung Teguh yang juga merupakan dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Pendekatan unik lainnya juga dilakukan Trump terhadap China.
“Di sisi lain, bagi China, Trump mungkin adalah presiden Amerika Serikat terbaik. Karena Trump membuat teman-teman tradisional Amerika Serikat memalingkan wajah, (misalnya) NATO, Eropa Barat yang sudah kesal dengan Trump. Dalam kondisi itu China bisa masuk (ke teman-teman tradisional AS itu),†tambanhya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: