Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Bawah Penjagaan Ketat Polisi, Umat Katolik Prancis Rayakan All Saints Day

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 02 November 2020, 06:33 WIB
Di Bawah Penjagaan Ketat Polisi, Umat Katolik Prancis Rayakan All Saints Day
Ilustrasi/Net
rmol news logo Umat ​​Katolik Prancis merayakan festival keagamaan di bawah pengamanan ketat pasca polisi melakukan dua penangkapan baru atas serangan terhadap sebuah gereja di kota selatan Nice pada Kamis (29/10) lalu.

Ketegangan baru-baru ini tidak mencegah umat Katolik pergi ke gereja untuk merayakan  All Saints di Nice, dan pihak berwenang juga mengizinkan pengecualian selama penguncian virus corona.

All Saints Day atau Hari Raya Semua Orang Kudus adalah suatu perayaan keagamaan yang dirayakan pada tanggal 1 November di sebagian Kekristenan Barat, dan pada hari Minggu pertama setelah Pentakosta di Kekristenan Timur, untuk menghormati semua orang kudus baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal.

"Saya khawatir, saya takut datang," kata Claudia, salah satu jamaah saat pergi ke gereja, yang kemudian diyakinkan oleh kehadiran tentara bersenjata lengkap, seperti dikutip dari AFP, Minggu (1/11)

"Kami perlu menunjukkan bahwa kami tidak takut dan kami di sini," katanya, mengikuti beberapa jamaah lainnya ke dalam gereja.

Tiga orang tewas dalam amukan pisau pada Kamis pekan lalu di gereja Notre-Dame Basilica yang menurut jaksa dilakukan oleh seorang pemuda Tunisia yang baru saja tiba di Eropa.

Itu adalah serangan terbaru di Prancis yang digambarkan oleh pemerintah sebagai tindakan teror 'Islamis', setelah mingguan Charlie Hebdo menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad September lalu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang telah bersumpah untuk membasmi Islamisme radikal di negara itu, berusaha meredam kemarahan dunia terhadap Prancis. Dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Al-Jazeera, dia mengatakan bahwa dia dapat memahami Muslim terkejut dan marah oleh kartun tersebut.

Hingga saat ini Pihak berwenang telah menahan total enam orang untuk diinterogasi guna memahami apakah mereka terkait dengan tersangka penyerang Brahim Issaoui, seorang pemuda asal Tunisia.

Orang-orang terakhir yang ditahan, berusia 25 dan 63 tahun, ditangkap pada Sabtu (31/10) di kediaman seseorang yang ditahan pada hari sebelumnya, menurut sumber pengadilan kepada AFP.

Tiga orang lainnya, yang ditangkap sebelumnya atas dugaan terkait dengan Issaoui, masih ditahan polisi.

Issaoui ditembak polisi beberapa kali dan saat ini dalam kondisi serius di rumah sakit. Ini membuat penyidik kesulitan untuk mengetahui motiv sesungguhnya dari tersangka.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah ada orang lain yang terlibat, apa motivasinya datang ke Prancis dan kapan ide ini mengakar dalam dirinya," kata sumber lain yang dekat dengan penyelidikan.

Sumber tersebut mengatakan informasi dari dua telepon milik tersangka dan juga penyelidikan yang dilakukan oleh otoritas Tunisia akan sangat menentukan dalam penyelidikan tersebut.

Para penyelidik yakin Issaoui melakukan perjalanan secara ilegal ke Eropa melalui Pulau Lampedusa di Mediterania Italia pada 20 September. Dia tiba di pelabuhan Bari di daratan Italia pada 9 Oktober sebelum datang ke Nice hanya dua hari sebelum serangan.

Prancis berada di ujung tanduk setelah re-publikasi kartun Nabi Muhammad pada awal September oleh mingguan Charlie Hebdo dan serangan di luar kantor media itu, disusul dengan pemenggalan seorang guru dan sekarang serangan di gereja di Nice.

Macron telah bersumpah, setelah peristiwa pemenggalan kepala guru Samuel Paty yang telah menunjukkan kartun nabi di kelasnya, bahwa Prancis tidak akan pernah melepaskan hak karikatur.

Komentar ini memicu badai kemarahan di dunia Muslim dan pada hari Sabtu presiden memberikan wawancara kepada televisi Al-Jazeera mengatakan dia mengerti bahwa orang bisa "dikejutkan" oleh kartun tersebut.

Macron menambahkan dia akan selalu membela kebebasan berbicara dan mengecam 'kebohongan' yang kadang disebarkan oleh para pemimpin politik, dengan mengatakan bahwa negara Prancis berada di balik kartun itu.

Charlie Hebdo telah menerbitkan ulang kartun tersebut untuk menandai dimulainya persidangan tersangka kaki tangan penyerang dalam pembantaian stafnya pada 2015 oleh orang-orang bersenjata Islam. Sidang telah ditangguhkan hingga Rabu setelah tersangka utama dinyatakan positif terkena virus corona. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA