Pesan itu disampaikan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat melakukan kunjungan ke perbatasan Prancis-Spanyol pada Kamis (5/11), seperti dimuat
Reuters.
Macron mengatakan, kontrol yang ketat perlu dilakukan untuk mengekang imigrasi klandestin yang biasanya menjadi jalan masuk geng kriminal atau jaringan teroris.
"Saya mendukung perombakan mendalam Schengen untuk memperkuat keamanan perbatasan bersama kami dengan pasukan perbatasan yang tepat," kata Macron.
Bukan sekadar pesan, Macron mengungkap ia akan menyampaikan proposal tersebut dalam pertemuan puncak Uni Eropa pada Desember mendatang.
Untuk saat ini, Prancis tengah menggalang dukungan negara-negara lain atas proposalnya. Beberapa yang menjadi target adalah Jerman, Belanda, dan Austria.
Proposal Macron sendiri muncul ketika dalam beberapa pekan terakhir Prancis dan Austria dilanda serangan teror.
Pada 29 Oktober, seorang pria Tunisia, Brahim Aouissaoui, membunuh tiga orang di sebuah gereja di Nice. Brahim diketahui telah tiba di pulau Lampedusa, Italia, yang terletak di Afrika Utara, lima pekan sebelumnya. Setelah pindah ke daratan, Aouissaoui melakukan perjalanan ke Prancis dengan kereta api beberapa jam sebelum melancarkan serangannya.
Setelahnya, seorang penyerang menewaskan empat korban di Wina setelah melakukan perjalanan ke Slovenia pada Juli untuk membeli amunisi.
Macron mengatakan, serangan-serangan tersebut adalah peringatan bagi Eropa akan adanya risiko serangan teror.
Wilayah atau zona Schengen terdiri dari 22 dari 27 negara anggota Uni Eropa, serta Islandia, Norwegia, Swiss, dan Lichtenstein. Sebanyak 26 negara tersebut menghapus kebijakan paspor dan semua jenis kontrol perbatasan pada masing-masing negara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: