Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dahsyatnya Bencana Pandemi Covid-19, Mal-mal Jadi 'Korban Jiwa'

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Sabtu, 07 November 2020, 00:52 WIB
Dahsyatnya Bencana Pandemi Covid-19, Mal-mal Jadi 'Korban Jiwa'
Mal kosong karena terdampak pandemi Covid-19/Net
rmol news logo Pandemi Covid-19 menjadi bencana mematikan bagi sektor bisnis, termasuk pusat perbelanjaan atau mal.

Di Filipina, mal-mal yang biasanya memiliki pendapatan hingga miliaran dolar AS saat ini harus menanggung beban akibat pembatasan dan penguncian. Meski pemerintah telah melonggarkan aturan, kepercayaan konsumen pun sudah terlanjur jatuh.

"Bahkan dengan diskon (sekalipun), sulit untuk menjual akhir-akhir ini karena orang takut keluar," ujar seorang karyawan gerai pakaian di salah satu mal Manila, mengutip Nikkei Asia pada Jumat (6/11).

Sekretaris Perencanaan Ekonomi Sosial, Karl Chua mengatakan, sebanyak 865 mal di Filipina menjadi penopang ekonomi yang kuat.

Tahun lalu saja, 74 mal domestik milik SM Prime Holdings memiliki rata-rata pengunjung mencapai 4,2 juta orang per harinya. Itu setara dengan populasi Panama.

Kehadiran merek asing seperti Uniqlo dari Jepang serta H&M dari Swedia dalam beberapa tahun terakhir juga seakan menjadi keuntungan besar bagi para pengembang.

Tetapi pandemi Covid-19 telah mengubah segalanya.

Filipina yang menjadi salah satu negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara telah memberlakukan kuncian yang ketat. Alhasil, alih-alih pergi keluar rumah, masyarakat lebih memilih belanja online.

Meningkatnya minat belanja online sangat berpengaruh bagi mal. Toko-toko atau para pengecer mulai mengevaluasi ulang strateginya untuk menjalankan bisnis di mal.

"Ini tidak akan menjadi bisnis seperti biasa bahkan setelah (pandemi) berakhir. Mereka yang sebelumnya enggan dengan e-commerce akan lebih merangkulnya," ujar Ketua Asosiasi Pengecer Filipina, Paul Santos.

Menurut Santos, pada paruh pertama tahun ini, banyak dari pengecer di mal yang mengalami penurunan penjualan hingga 80 persen. Mereka pun terpaksa menutup gerai secara permanen.

Data dari departemen perdagangan Filipina menunjukkan, jumlah bisnis online yang terdaftar melonjak menjadi 75.876 pada 2 September dari 1.753 pada akhir Maret. Transaksi yang ditangani oleh platform e-commerce seperti Lazada dan Shopee juga meledak saat kuncian berlangsung.

Sebaliknya, toko fisik banyak ditutup. Colliers International memperkirakan banyaknya toko kosong di mal-mal Metro Manila naik dari 9,8 persen pada tahun lalu menjadi 14 persen pada tahun ini.

Sewa di mal ibukota diproyeksikan turun 10 persen, melampaui penurunan 7,4 persen pada 2009 setelah krisis keuangan global. Collier juga menyebut, sewa akan kembali turun 2 persen pada tahun depan, sebelum akhirnya tumbuh 1 persen pada 2022.

Di tengah situasi kritis, banyak juga para pengembang mal yang mulai mencari alternatif.

Wakil presiden senior di mal terbesar kedua Filipina Robinsons Land, Arlene Magtibay mengaku pihaknya tengah mempertimbangkan untuk menjadikan beberapa spot di mal mereka untuk menjadi kantor dan akan masuk pada e-commerce.

"Mal harus semakin hadir di arena digital, tidak hanya untuk tujuan pemasaran tetapi, yang lebih penting, dalam mendorong penjualan dan lalu lintas," kata Magtibay.

Meski begitu, Magtibay sendiri percaya jika situasi akan membaik ketika pandemi Covid-19 berakhir.

"Kami mengantisipasi pasca pandemi, orang Filipina akan kembali ke pusat perbelanjaan. Mal akan terus menjadi tempat berkumpul penting bagi keluarga dan teman," ucap Magtibay yakin.

"Namun dengan kesadaran yang semakin tinggi akan pentingnya kesehatan membuat kami mendesain ulang mal agar selaras dengan gaya hidup baru ini," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA