Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Armenia-Azerbaijan Sepakat Akhiri Perang, Rusia Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 10 November 2020, 12:54 WIB
Armenia-Azerbaijan Sepakat Akhiri Perang, Rusia Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian
Pasukan penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah Nagorno-Karabakh/Net
rmol news logo Seiring dengan perjanjian penghentian perang yang disepakati oleh Armenia dan Azerbaijan, Rusia dilaporkan akan mengirim pasukan perdamaian ke Nagorno-Karabakh.

Sebuah perjanjian untuk mengakhiri perang telah ditandatangani oleh Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, serta Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Dalam perjanjian yang dikutip oleh Sputnik, Armenia akan mengembalikan Distrik Kalbajar kepada Azerbaijan pada 15 November dan Distrik Lachin pada 1 Desember. Nantinya, Yerevan hanya mempertahankan Koridor Lachin untuk menyediakan informasi antara Nagorno-Karabakh dan Armenia.

Selain itu, Armenia juga akan mengembalikan wilayah Agdam dan Gazakh kepada Azerbaijan.

Seiring dengan perjanjian tersebut, Putin pada Selasa (10/11) mengatakan Rusia akan mengirim pasukan penjaga perdamaian di sepanjang garis depan di Nagorno-Karabakh.

"Sebuah kontingen penjaga perdamaian Rusia sedang dikerahkan di sepanjang jalur kontak di Nagorno-Karabakh dan di sepanjang koridor yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan Republik Armenia," kata Putin.

Dimuat UAWire, Rusia mengirim 1960 tentara dengan senjata ringan, 90 pengangkut personel lapis baja, 380 kendaraan, dan peralatan khusus.

Lebih lanjut, Putin mengatakan bahwa Azerbaijan dan Armenia akan berhenti di posisi yang diduduki, dan keduanya harus bertukar tawanan perang. Pusat transportasi di Nagorno-Karabakh juga akan dibuka.

Dalam akun Facebook-nya, Pashinyan mengatakan kondisi untuk mengakhiri perang memang sangat menyakitkan tetapi solusi terbaik untuk situasi saat ini.

"Ini bukan kemenangan, tapi tidak ada kekalahan sampai Anda mengaku kalah. Kami tidak pernah mengakui diri kami sebagai pecundang," tulis Pashinyan.

Sebaliknya, Aliyev mengatakan perjanjian tersebut merupakan sebuah peristiwa bersejarah untuk perdamaian jangka panjang. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA