Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menuju 70 Hari Terakhir Masa Jabatannya Pompeo Makin Garang Menyerang China, Pengamat: Dia Frustrasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 12 November 2020, 06:57 WIB
Menuju 70 Hari Terakhir Masa Jabatannya Pompeo Makin Garang Menyerang China, Pengamat: Dia Frustrasi
Menlu AS, Mike Pompeo/Net
rmol news logo Kekalahan yang ditelan oleh Donald Trump dalam pemilihan presiden AS ternyata tidak membuat Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berniat untuk menghentikan retorika anti-China.

Terbaru, orang kepercayaan Trump itu membual bahwa AS 'belum selesai' di China, yang oleh para analis Tiongkok disebut sebagai kesempatan terakhir bagi Pompeo untuk mengungkapkan rasa frustrasinya dalam berurusan dengan pemerintah Beijing.

“Dia akan terus mengulangi klise anti-China yang dimainkan oleh lebih banyak politisi AS dalam beberapa dekade terakhir -seperti topik yang terkait dengan Selat Taiwan, Laut China Selatan, dan hak asasi manusia, yang tidak akan beresonansi- dan mencoba meninggalkan 'warisan diplomatik' yang berantakan untuk pemerintahan AS yang akan datang,” kata para analis, seperti dikutip dari GT, Rabu (11/11).

Dalam pidatonya hari Selasa (10/11) di Ronald Reagan Institute, Pompeo menggunakan beberapa retorikanya yang terkuat terhadap China. Saat itu ia menggambarkan Partai Komunis China sebagai 'monster Marxis-Leninis', merinci kebijakan pemerintah China, dan juga mengatakan AS harus bersikap keras terhadap China.

Setelah Joe Biden mengumumkan kemenangannya dalam pemilihan presiden AS dan Trump tampaknya menderita kerugian, Pompeo tidak juga meninggalkan kebenciannya pada negara pimpinan Xi Jinping itu.

Lu Xiang, seorang peneliti studi AS di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing, menilai, Pompeo menjadi Menteri Luar Negeri yang paling banyak mengecam China dan pemerintahannya dalam sejarah. Jelas itu menunjukkan dia tidak dapat mengakui kegagalannya dalam menangani masalah terkait China.

“Pompeo frustasi dalam berurusan dengan China. Niatnya untuk mendiskreditkan China di arena internasional sering kali berakhir tanpa hasil, seperti yang disebut tur anti-China Asia sebelumnya. Ini seperti lelucon yang harus dilihat,” kata Lu.

Sementara, Li Haidong, seorang profesor di Institut Hubungan Internasional Universitas Urusan Luar Negeri China, berspekulasi bahwa akan ada lebih banyak tindakan berisiko melawan China yang akan dilakukan oleh Pompeo dalam 70 hari terakhirnya di kantor.

Namun, Diao Daming, seorang profesor di Universitas Renmin China di Beijing, mengatakan bahwa setiap langkah Pompeo yang mengecam China hanya terbatas pada topik yang itu-itu saja.

“Langkahnya melawan China dalam 70 hari ke depan tidak akan lebih dari menutupi klise anti-China. Peluang untuk mengguncang China rendah,” kata Diao.

Pernyataan Pompeo datang sehari setelah Departemen Luar Negeri AS memberikan sanksi terhadap empat pejabat dari Hong Kong dan China daratan karena diduga "mengancam perdamaian, keamanan dan otonomi Hong Kong."

Sepakat dengan Diao, Lu Xiang mengatakan bahwa untuk menunjukkan nada kuatnya terhadap Tiongkok, Pompeo juga akan menimbulkan masalah bagi institusi Tiongkok di AS, seperti organ akademis Tiongkok, akademisi ,atau Institut Konfusius Tiongkok. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA