Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ratusan Ribu Warga Sipil Armenia Mulai Beranjak Meninggalkan Desa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 13 November 2020, 07:48 WIB
Ratusan Ribu Warga Sipil Armenia Mulai Beranjak Meninggalkan Desa
Tentara di wilayah konflik Nagorno-Karabakh/Net
rmol news logo Perjanjian damai telah disepakati, sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh kini telah berada dibawah kendali Azerbaijan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sekitar seratus ribu warga sipil Armenia meninggalkan desa, rumah, dan bahkan orang yang mereka cintai, setelah gencatan senjata, yang didukung Moskow, meminta Armenia menyerahkan kendali atas beberapa wilayah yang dimilikinya di sekitar wilayah Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan.

Para pengungsi berbondong-bondong menuju pusat darurat di mana tim relawan dan pekerja bantuan menawarkan dukungan.

“Mereka harus meninggalkan semuanya saat bencana,” kata seorang perempuan, salah satu dari tim relawan, seperti dikutip dari France 24, Jumat (13/11).

“Mereka membutuhkan segalanya, makanan, perlengkapan kebersihan, bahkan pakaian hangat,  karena musim dingin akan segera tiba," lanjutnya.

Hingga kini, masih banyak pengungsi mencari keluarganya yang hilang dan takut akan hal yang terburuk.

Seorang wanita, bernama Alla, mengatakan kepada France 24 bahwa dia memiliki empat anak yang bertugas di garis depan. Hal terpenting saat ini  adalah menemukan mereka.

“Setelah itu, kita akan melihat apa yang ada dalam hidup ini dan bagaimana kita akan melanjutkan  hidup," ungkapnya lirih.

Dia melarikan diri dengan putrinya saat pertempuran semakin menakutkan. Namun, suaminya dan anak-anak mereka yang lain, tetap tinggal di Nagorno-Karabakh.

Beruntung, orang-orang Armenia lainnya menunggu di seberang perbatasan dengan tangan terbuka.

Di antara mereka, seorang wanita telah membuka rumahnya untuk para pengungsi.

"Mereka telah bersama kami sejak 3 Oktober. Sangat tidak nyaman untuk tidur, karena ini bukan hotel. tetapi mereka tidak menginginkan apa pun kecuali tempat berlindung."

“Kami semua hidup bersama. Jika kami berada di posisi mereka, mereka akan melakukan hal yang sama untuk kami,” katanya.

Nasib anak-anak Alla selalu diingat seperti halnya kampung halaman mereka, Shushi, yang sekarang berada di bawah kendali Azerbaijan.

“Kami berharap bisa kembali ke Stepanakert,” katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA