"Kita memang bukan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Setiap tahunnya, konsumsi plastik kita adalah 4 ton setahun," jelas Dutabesar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno dalam acara virtual
"Ask Ambassador Arif Havas Oegroseno Anything" yang dilaksanakan pada Jumat (13/11).
"Tapi kita juga tidak bisa lari dari kenyataan bahwa memang ada banyak masalah sampah plastik ke laut. Dan ini bukan hanya dialami Indonesia, tapi juga negara lain di dunia," sambungnya.
Menurut Havas, salah satu akar dari permasalahan sampah di Indonesia ada di manajemen atau pengelolaan sampah.
"Sebenarnya, kita bahkan tidak ada standar dalam hal
waste management atau pengelolaan sampah. Ini adalah masalah nomor satu," jelasnya.
Dia mencontohkan, dalam hal biaya pengelolaan sampah, misalnya, bahkan di setiap hunian, baik apartemen maupun rumah dan setiap daerah, tidak ada standarisasi.
"Ada di apartemen misalnya, untuk
maintain sampah bisa biaya satu juta, atau di tempat lain beberapa ratus ribu atau beberapa puluh ribu rupiah," sambung Havas.
Masalah lainnya yang juga dihadapi adalah pihak yang mengatur pengelolaan sampah di Indonesia.
"Masalah nomor dua adalah, sebelum
political reform, pengelolaan sampah dilakukan oleh pemerintah pusat, tapi sekarang setelah
political reform, pengelolaan sampah dilakukan oleh pemerintah daerah," ujarnya.
"Sekarang jika kita lihat perjalanan sampah. Mulai dari sampah rumah tangga, kemudian bayar untuk pihak RT atau pengelola untuk mengorganisir mengambil sampah. Lalu sampah tersebut juga akan pergi ke
collecting point pertama yang disediakan oleh pemerintah lokal dan kemudian ke
last collecting point," jelas Havas.
Namun, dengan tidak adanya standarisasi dan penyeragaman dalam hal biaya serta pengelolaan sampah, akan memungkinkan terjadinya "kebocoran".
"Karena jika tidak ada standar, bisa berpotensi bocor. Sampah yang 'bocor' itu bisa tidak bermuara ke tempat pembuangan sampah akhir, tapi ke sungai dan laut. Ini adalah masalah pengelolaan sampah kita," sambungnya.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Mulai dari hal yang sederhana yang bisa kita lakukan.
"Kita berusaha hindari penggunaan plastik sekali pakai atau botol-botol plastik," kata Havas.
"Sementara banyak perusahaan yang sudah melakukan
recycle, pemerintah juga beberapa daerah yang memberlakukan larangan penggunaan plastik sekali pakai dan mencari alternatif lain," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: