Mantan kolonel tentara Mali, juga dikenal sebagai Bamoussa Diarra itu, adalah tangan kanan Iyad Ag Ghali, pemimpin kelompok jihadi paling terkemuka di Mali, yakni Jama'at Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM).
Kelompok jihadis telah berulang kali menyerang tentara dan warga sipil di Mali dan negara tetangga, Burkina Faso.
"Seorang tokoh bersejarah gerakan jihadis di Sahel, Bah ag Moussa dianggap bertanggung jawab atas beberapa serangan terhadap Mali dan pasukan internasional," kata Parly dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (13/11).
Moussa, yang termasuk dalam daftar terorisme AS, tewas pada Selasa (10/11) setelah operasi yang melibatkan pasukan darat dan helikopter dan terjadi setelah serangkaian operasi yang membuat pasukan Prancis membunuh puluhan pejuang Islam dalam beberapa pekan terakhir.
"Ini sukses besar dalam perang melawan terorisme," kata Parly.
Juru bicara militer Prancis Kolonel Frederic Barbry mengatakan bahwa Moussa diyakini bertanggung jawab atas beberapa serangan terhadap pasukan Mali dan internasional di negara itu.
"Drone pengintai membantu pasukan Prancis di Mali mengidentifikasi truk Moussa di wilayah Menaka di Mali timur, yang kemudian menjadi sasaran helikopter dan 15 pasukan komando Prancis yang dikirim ke tempat kejadian," kata Barbry.
"Kelima orang di dalam truk itu tewas setelah mereka mengabaikan tembakan peringatan dan menembaki pasukan Prancis," lanjutnya.
Barbry menggambarkan serangan itu sebagai tindakan pertahanan yang sah dan mengatakan bahwa mayat-mayat itu ditangani sesuai dengan hukum humaniter internasional. Dia tidak akan berkomentar apakah pasukan sekutu termasuk AS menyumbangkan intelijen untuk operasi tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: