Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Nasib Para Penduduk Armenia Di Wilayah Sengketa Pasca Gencatan Senjata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 14 November 2020, 06:47 WIB
Nasib Para Penduduk Armenia Di Wilayah Sengketa Pasca Gencatan Senjata
Penduduk meninggalkan rumah mereka di distrik Kalbajar, Nagorno-Karabakh, yang telah diserahkan ke Azerbaojan/Net
rmol news logo Penduduk desa di dusun pegunungan Nor Getashen di wilayah sengketa di Azerbaijan, terlihat menumpuk sofa, mesin cuci, dan koper di luar rumah mereka saat mereka bersiap untuk pergi dari wilayah itu. Permukiman itu adalah bagian dari distrik Kalbajar yang telah diserahkan ke Azerbaijan oleh Armenia pada Minggu (8/11) sebagai bagian dari perjanjian perdamaian yang ditengahi Rusia.

Bentrokan terjadi pada akhir September antara Armenia dan Azerbaijan atas sengketa wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri dari kendali Baku pada tahun 1990-an. Pada Juli 2020 pertempuran juga terjadi dan menewaskan belasan tetara Armenia.

Penduduk Nor Getashen khawatir mereka akan menghadapi serangan balasan oleh Azerbaijan jika mereka tetap tinggal di rumah mereka di wilayah terjal itu setelah batas waktu penyerahan pada hari Minggu.

"Saya menangis sepanjang malam ketika mendengar berita itu," kata Hayastan Yeghiazaryan, seperti dikutip dari AFP, Jumat (13/11). Pria 68 tahun itu mengenakan pakaian olahraga usang saat mengisahkan wilayah yang dihuninya telah diserahkan kepada Azerbaijan.

Dia buru-buru memilah barang-barang mana saja yang akan mereka bawa pergi. Di sebelahnya, sebotol acar paprika merah diletakkan di atas tempat tidur tanpa kasur dan peralatan makan enamel, yang terkelupas karena usia tua, tergeletak di antara sepasang sepatu bot dan buku dalam bahasa Sirilik.

Di depan meja kerja, isteri Yeghiazaryan yang berusia 82 tahun, Zohrab, sedang memilah-milah apa yang akan mereka bawa. Mereka belum tahu akan pergi ke mana.

"Dengan bantuan anak-anak, kami akan mencoba menyewa apartemen kecil di Yerevan," katanya, mengacu pada ibu kota Armenia yang diguncang oleh kerusuhan politik sejak pemimpin negara menyetujui perjanjian damai yang menyerahkan sebagian wilayah di Karabakh kepada Azerbaijan.

"Kita mungkin bisa kembali (ke sini), bukan begitu?" katanya dengan ekspresi penuh harapan.

Sebenarnya, penduduk Kalbajar diminta untuk tetap berada di wilayah itu oleh para pemimpin separatis yang telah menguasai daerah tersebut. Tidak ada yang memerintahkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka, kata Yeghiazaryan.

"Tapi kami tidak punya pilihan," katanya.

Kedua putranya datang dari Yerevan untuk membantunya mengemasi rumah dan menjual ternak sebelum hari Minggu.

Media melaporkan bahwa penduduk Kalbajar lebih rela menghancurkan rumah mereka dengan cara membakarnya, daripada meninggalkannya untuk Azerbaijan. Sementara di Nor Getashen, sebagian besar rumah yang ditinggalkan dibiarkan kosong.

"Kami tidak akan membakar rumah. Tapi kami akan mengambil Mickey, dia anjing yang baik," kata Zohrab menunjuk pada hewan peliharaannya.

Di pinggir desa yang sudah menyerupai kota hantu, sepasang suami istri berusia enam puluhan sibuk mengisi sebuah truk besar.

"Kami akan meninggalkan sapi-sapi itu. Tidak ada pembeli pada saat ini," kata ibu tujuh anak ini sambil terisak.

Mereka akan meninggalkan rumah itu dengan hati yang hancur. "Mereka yang datang untuk mengambilnya, tidak layak mendapatkannya," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA