Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Ucapan Selamat Dari Kemenlu China Atas Keunggulan Joe Biden Bukan Pengakuan Siapa Pemenang Pilpres AS 2020

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 14 November 2020, 08:08 WIB
Pengamat: Ucapan Selamat Dari Kemenlu China Atas Keunggulan Joe Biden Bukan Pengakuan Siapa Pemenang Pilpres AS 2020
Joe Biden/Net
rmol news logo Ucapan selamat kepada Joe Biden yang disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri China telah menarik perhatian media arus utama AS. Washington Post menulis tajuk utama berjudul 'China akhirnya memberi selamat kepada Joe Biden-Kamala Harris atas kemenangan pemilihan'. Namun para ahli China mengatakan, ucapan selamat para pemimpin nasional China tidak atas nama presiden terpilih AS.

Dalam pidatonya, Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan mereka menghormati pilihan warga AS setelah mengamati reaksi domestik dan internasional terhadap pemilihan presiden AS.

"Kami mengucapkan selamat kepada Bapak Biden dan Ibu Harris, dan kami juga memahami bahwa hasil pemilu AS akan diputuskan sesuai dengan hukum dan prosedur AS," kata Wang pada jumpa pers hari Jumat (13/11), seperti dikutip dari Global Times, Sabtu (14/11).

Li Haidong, seorang profesor di Institut Hubungan Internasional Universitas Urusan Luar Negeri China, mengatakan bahwa dengan memanggil Biden 'Bapak' daripada 'presiden terpilih', pernyataan itu menunjukkan bahwa China masih berhati-hati. Di satu sisi, China mengakui bahwa Biden dan Harris telah unggul dalam pemilihan, dan di sisi lain, China juga menunjukkan rasa hormat kepada Presiden Trump dan para pemilihnya.

Di masa lalu, ucapan selamat dari para pemimpin tertinggi China dikirimkan begitu seorang kandidat unggul. Menurut Kantor Berita Xinhua, pada 9 November 2016, Presiden China Xi Jinping memberi selamat kepada Donald Trump sebagai presiden terpilih, pada malam yang sama ketika Trump menyatakan kemenangannya dan kandidat Demokrat Hillary Clinton menyampaikan pidato konsesi.

"Kecuali Trump menerima hasil pemilu, atau jika Kongres memberikan pengumuman terakhirnya pada bulan Januari ketika penghitungan sudah benar-benar nyata dan gugatan telah diselesaikan, maka para pemimpin tertinggi China baru akan memberikan ucapan selamat resmi kepada presiden terpilih," kata Lu Xiang, peneliti studi AS di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing.

"Itulah mengapa Wang menekankan 'China memahami hasil pemilu AS yang akan diputuskan sesuai dengan hukum dan prosedur AS' setelah dia memberi selamat kepada Biden dan Harris," lanjutnya.

Pernyataan Wang muncul setelah beberapa pemimpin dunia dan perwakilan organisasi internasional, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, memberi selamat kepada Biden, yang dinyatakan sebagai pemenang pemilihan baru-baru ini.
Li mengatakan ini juga menunjukkan bahwa China, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, menghormati pandangan Sekretaris Jenderal PBB dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo masih memprovokasi China, tetapi China dengan hati-hati menangani hubungannya dengan pemerintahan berikutnya, jadi kami berharap Trump dapat memahami ketulusan China dan tidak membuat masalah lebih lanjut untuk hubungan China-AS," kata Li.

Ucapan selamat China kepada Biden datang setelah Pompeo menyangkal pulau Taiwan sebagai bagian dari China.

"Komentar yang dikeluarkan pada Jumat oleh Kemenlu China mengisyaratkan bahwa Tiongkok ingin mengirim sinyal kepada Biden; hubungan bilateral tidak boleh dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti Pompeo," kata Xin Qiang, wakil direktur Pusat Studi AS di Universitas Fudan.

Pakar China mengatakan bahwa semakin banyak provokasi yang dibuat oleh pemerintahan Trump, semakin banyak koneksi dan pengakuan dari China akan diberikan kepada tim Biden, karena ini dapat meminimalkan kerusakan yang akan dibawa oleh pemerintahan Trump terhadap hubungan China-AS.

Sebagian besar pemimpin dunia atau pemerintah negara besar telah memberi selamat kepada Biden, sementara Rusia dan Brasil masih menunggu hasil akhirnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA